JALAN TUHAN
Tidak
ada yang tahu sampai kapan sebuah rasa tetap bersemayam. Karena keagungan hati
ada pada waktu. Jika mencintai adalah sebuah pilihan, maka setiap manusia
memiliki hak pada garis hidupnya. Tapi tidaklah begitu dalam garis Tuhan.
Terkadang terdapat jalur yang diluar batas, di luar rencana manusia, di luar
kehendak manusia. Lalu salahkah ketika manusia menentukan jalannya?! Jalan hati
yang hanya bisa di rasa. Ini berkaitan dengan rasa. Rasa yang hadirnya tak
terduga. Rasa yang suci karena jalur yang datang tanpa rencana. Rasa yang jika
kehadirannnya membalut jiwa menjadi ruh, yang akan melekat pada raga. Sebuah
rasa yang jika beriringan dengan jalur takdir akan berakhir indah.
Namun
tidak selamanya garis Tuhan sesuai dengan terciptanya rasa itu dari seorang insan.
Adakalanya rasa datang lebih awal yang dilihat dari kacamata manusia adalah
sebuah berkah. Tapi pada akhirnya jalan Tuhanlah yang membuka mata setiap
insan. Bahwa tak selamanya rasa itu tepat. Jika hal ini terjadi, mungkinkah
rasa itu hanya akan berakhir menjadi luka yang abadi? Karena ini bukan salah
seorang insan dalam menghadirkannya untuk saling menciptakan rasa!! Lalu apakah
ini rasa yang salah karena mendahului takdir ataukah takdir yang salah karena
tidak menghargai rasa yang diciptakan manusia?! Padahal rasa itu lahir dari
hati yang meruapakan tempat paling dekat dengan kehadiran Tuhan.
Dan
ternyata logika ini tidak mampu menembus jalan pikir Tuhan. Menimbulkan benci
yang sebenarnya akan berakhir indah. Karena jalan itu dicipatakan oleh Sang
pencipta, pemilik raga setiap insan. Keyakinan hati yang membuat rasa
dikembalikan pada jalan Tuhan. Walau pada akhirnya ada rasa yang mejadi luka
dan tak mampu dibenahi lagi. Karena memang semua ini terletak pada kesalahan
yang tercipta dari pikiran manusia. Dimana hati dibalut emosi yang tidak
mempertimbangkan takdir.