Tangis Mu, Luka Ku
Lirih suara itu
selalu terngiang
Dalam dada yang
begitu menyesakkan
Luka yang tak
akan pernah kering
Dengan tetesan
air mata setiap waktu
Aku duduk dalam
kepura-puraan
Seolah tak
pernah mataku menatap mu
Tapi aku
mendengar dengan jelas setiap isakan mu
Dari hati yang
telah tergores
Ku tatap sedikit
wajahmu dari samping
Jelas wajah itu
memerah dan air mengalir di pipi
Sampai pada
akhirnya hati ku lah yang terluka
Karena aku tak
mampu menghapus air mata itu
Atau sekedar
berkata “Ibu jangan menangis”
Aku terlalu naïf
dan tak ingin mengakui
Bahwa tangismu
membuat jiwa ku rapuh
Sampai pada
akhirnya aku hidup dalam kepura-puraan
Tentang luka
yang begitu perih.