KESEMPURNAAN MAUPUN PERPISAHAN KITA YANG CIPTAKAN
Sejak dulu aku selalu penasaran dengan sebuah perpisahan yang
dilakukan dua insan. Entah apa yang ada dibenak mereka dengan keputusan yang
diambil tersebut. Padahal menyatunya dua hati tersebut tidak lain karena adanya
cinta. Mereka bersama karena mengaku saling mencintai. Memiliki satu sama lain
sehingga ikatan pernikahan menjadi saksi perjuangan cinta mereka. Tapi masih
saja terdapat pasangan yang ada akhirnya berpisah. Bahkan mereka bisa saling
membenci satu sama lain.
Namun bagaimana pun tidak ada orang yang bisa menyalahkan sebuah
perpisahan. Setiap orang memiliki jalan cinta sendiri yang menghadirkan
keputusan-keputusan diluar dugaan. Semua itu melibatkan waktu yang akan merubah
pola pikir masing-masing pasangan. Dan waktu itulah yang akan berpengaruh
terhadap rasa cinta yang ada. Paling berpengaruh dalam hal ini adalah makna
kesempurnaan yang dimiliki masing-masing
pasangan.
Setiap orang yang memiliki pasangan pasti memiliki ekspektasi yang
jauh ke depan mengenai kesempurnaan. Cinta yang sempurna banyak diinginkan
karena itu yang akan membuat hubungan sangat bahagia. Harapan setiap orang
kepada pasangannnya terkadang bisa menjadikan harapan itu diluar kendali.
Karena sejatinya tidak ada manusia yang lahir dengan sempurna. Kesempurnaan
hanya di ciptakan oleh hati masing-masing pasangan. YaItu dengan saling
menerima apa adanya.
Semua itu kembali kepada sifat atau karakter dari pasangan yang
dimiliki. Setiap orang baik laki-laki maupun perempuan memiliki tipe situasi
sempurna yang berbeda. Terkadang mereka melihat kesempurnaan dari segi fisik
dimana cantik dan tampan menjadi poin utama. Terdapat pula kesempurnaan yang
dilihat dari perilaku pasangan yang memiliki etika baik. Atau ada juga
kesempurnaan dilihat dari kekayaan dari pasangan. Karakteristik kesempuraan
inilah yang terkadang bisa menjadikan sebuah hubungan berujung kecewa.
Seiring berjalannnya waktu, setiap pasangan akan memperlihatkan sifat
buruknya. Karena sudah menetapkan tipe kesempurnaan sendiri, terkadang sifat
buruk ini yang tidak bisa diterima pasangan lainnnya. Sehingga yang hadir
adalah perbedaan pendapat atau pertengkaran. Sejak awal perkenalan, setiap
pasangan memang tidak selalu memperlihatkan kesan buruk. Karena itu bisa
menjadi penilaian tepat atau tidaknya memilih satu sama lain. Dan itulah yang
akan memacu masalah untuk kedepannnya.
Perpisahan yang berujung kebencian memang rentan terjadi jika setiap
pasangan tidak memahami satu sama lain. Penting sekali untuk memperlihatkan
seperti apa karakter atau sifat yang dimiliki. TIdak ada yang ditutup-tutupi
mengenai keburukan yang ada. Karena itulah yang akan membuat pasangan saling
menerima apa adanya. Kejujuran pasangan sangat dibutuhkan untuk menjadikan
hubungan tetap baik sampai kapanpun. Dan untuk menetapkan tipe kesempurnaan pun
tidak di perbolehkan berlebihan. Karena bagaimana pun tidak ada manusia yang
sempurna.
Sempurna dalam sebuah hubungan bisa dikatakan sebagai menerima apa
adanya. Setiap pasagan wajib saling menerima kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Tapi yang harus diingatkan juga bahwa pasangan yang baik adalah
pasangan yang mengingatkan tentang keburukannnya. Sehingga pasangan lain bisa
memahami bahwa sifat buruknya memang tidak baik untuk hubungan kedepannya. Dan tentunya
harus merubah sifat buruk tersebut. Menerima apa adanya bukan berarti diam
terhadap sifat buruk pasangan, karena itu hanya akan menjadi tekanan bathin
yang terus ditutup-tutupi.
Intinya adalah kejujuran dan komunikasi untuk tidak malu mengungkapkan
hal-hal baik, buruk, menyenangkan, menyedihkan, semangat, perjuangan dan
pengorbanan mengenai sebuah hubungan. Dan pasangan yang baik mampu menerima
semua itu, juga bersama ikut membantu merubah apa saja yang buruk dalam diri
pasangannnya. Sehingga kesempurnaan itulah yang akan terwujud.
Perpisahan maupun kesempurnaan dalam sebuah hubungan diciptakan sendiri
oleh pasangan yang menjalaninya. Itu bukan sebuah takdir yang telah Allah
tetapkan untuk insan-insan yang sudah memiliki pasangan. Karena itu, jika tidak
ingin mengalami perpisahan, teruslah melakukan evaluasi terhadap hubungan yang
dijalani. Saling mengungkapkan apa yang disukai dan tidak disukai. Dengan
begitu pasangan akan saling memahami satu sama lain.
Berpasangan sudah seperti berorganisasi. Keduanya membutuhkan
komunikasi yang intens agar menghindari kesalahpahaman. Karena manusia akan
selalu berandai-andai dengan logikanya jika terjadi sesuatu yang tidak sesuai.
Berpasangan bukan dijalankan secara lahiriah saja. Karena itu hanya akan
membuat setiap pasangan saling memiliki secara terlihat tapi bathinnnya tidak
memiliki ikatan. Menjalin hubungan yang sempurna berarti akan selalu berusaha
untuk mengikat secara bathin. Dengan selalu memperbaiki satu sama lain melalui
kejujuran dari masing-masing pasangan.
Lalu jika kesempurnaan yang kita cari, ada baiknya untuk selalu
mengubah keburukan sendiri. Karena hanya dengan memiliki pasanganlah kita tahu
sejauh mana kualitas diri yang kita miliki. Setidaknya ada yang mengingatkan
secara langsung tanpa harus men – judge terlebih dahulu. Tapi jika tidak ingin
mengubah hal buruk, untuk apa manusia diciptakan berpasangan? Bukankah hakikat menyempurnakan agama adalah
untuk membentuk pribadi yang lebih baik lagi. Tugas pendamping hidup yaitu
untuk menyempurnakan karakter dari tipa-tiap pasangannya.