Blogger.

Cerpen _NOSTALGIA CINTA MONYET_

Hari ini Nanda sudah siap dengan pakaian yang anggun berwarna merah dengan kerudung yang ia kenakan sehingga menambah pesonanya. Ia bergegas pergi ke acara reunian SMPnya. Tak lupa ia kenakan jam tangan dan memakai sepatu highheels kesukaannya. Penampilannya sangat menarik bak permaisuri. Wajahnya memperlihatkan aura bahagia sambil memperlihatkan lesung pipitnya. Dalam perjalanan ke tempat pertemuan itu, Nanda sedikit teringat kejadian masalalunya tentang teman-teman sewaktu SMPnya juga tentang teman sepermainannya. Setelah beberapa jam, Nanda sampai di tempat yang sudah penuh dengan kerumunan orang yang membuatnya hampir tak mengenali satu sama lain. Di Gerbang sekolah tertulis “ Reuni Akbar SMPN 10 Bandung”. Ia bersalaman dan melepas rindu dengan mereka. Satu persatu mereka saling mengingat teman-temannya. Nanda merasa asing dengan keberadaannya itu, ia merasa canggung dengan orang-orang di sekitarnya, maklum sudah 5 tahun mereka tak bertatap muka. Nanda dengan yang lainnya berbagi kisah tentang perjalanan hidupnya. Canda tawa terlihat dari senyuman mereka sehingga melepas kekakuan Nanda untuk berbaur kembali dengan teman-teman lamanya. Tiba-tiba dari belakang terdengar suara laki-laki yang sedang berbincang dengan teman lain, Nanda yang merasa tak asing dengan suara itu langsung membalikan badannya yang dilihatnya ialah sesosok laki-laki dengan baju kotak-kotak dan berbadan tinggi tegap sedang bersalaman dan berbincang. Dengan seketika Nanda langsung membalikan badannya kembali, jantungnya berdetak begitu kencang dan raut mukanya yang terkaget-kaget seperti memendan sesuatu, ia seperti tak ingin melihat sosok laki-laki itu. Tak lama laki-laki itu mendekati Nanda dan menyapanya “ Hai?” “Halo?” jawab Nanda dengan sedikit kaku dan tersenyum dengan senyuman kebencian. “ Kamu terlihat cantik seperti ini.” Nanda hanya membalasnya dengan senyuman yang tidak mengharapkan perkataan itu dari laki-laki itu. Sementara teman-teman yang lain hanya tersenyum melihat kedekatan Nanda dan Dimas. Dari kejauhan terlihat seorang wanita yang memakai baju biru menghampiri Nanda dan teman yang lainnya. Kali ini pun telihat raut wajah Nanda yang aneh. Ia menghelai nafas panjang seperti sesak di dalam hatinya. Dengan senang hati Nanda bersalaman dengan wanita itu walau pun ia merasa nggan. Kini ia berada di sebuah tempat yang sama dengan dua orang yang membuat ia sakit hati. Kejadian itu bermula dari 5 tahun yang lalu, ketika ia menjadi siswa baru di SMP Negeri 10 Bandung. Saat pertama kali Nanda masuk sekolah , ia menjadi bintang popular di kelasnya. Selain cantik, ia juga pintar dan baik hati, itu pula yang menyebabkan banyak laki-laki yang tertarik padanya. Hampir setiap hari ia mendapat surat kaleng yang ntah siapa pengirimnya. Nanda hanya membacanya dengan senyuman, ia tak menanggapi surat-surat itu. Begitupun dengan Dimas ketua kelasnya. Ia jatuh cinta kepada Nanda pada pandangan pertama. Kini Nanda menjadi topik pembicaraan di sekolah itu, maklum setiap ada siswa baru selalu saja menjadi pusat perhatian. Dari mulai teman-teman sekelasnya sampai kakak kelasnya pasti mengenal Nanda. Mereka selalu saja ingin mendapat perhatian dari Nanda. Setiap kemanapun ia pergi, pasti saja banyak laki-laki yang menyapanya. Lain halnya dengan Dimas, ia selalu menyembunyikan perasaannya. Ia malu untuk memberikan perhatian pada Nanda. Suatu hari Nanda sedang membaca di perpustakaannya. Melihat itu, Rangga teman dari Dimas datang menghampiri Nanda, begitupun dengan Dimas ikut menghampiri Nanda. “Hai Nanda?” kata Rangga “Hai..?” Nanda membalasnya dengan kebingungan karena tidak mengenalnya. “Oh..aku Rangga teman sekelasmu..” “maaf aku belum terlalu mengenal semuanya..” jawab Nanda “tidak masalah..” balas Rangga dengan senyum di bibirnya. “ini kenalin teman aku, namanya Dimas, dia sekelas juga sama kita, ketua kelas kita..” “ oh..iya..” Rangga terus saja mengajak Nanda untuk berbincang-bincang. Sementara Dimas langsung pergi begitu saja. Ia mencari-cari buku di sekitar perpustakaan itu. Nanda yang melihat kepergian Dimas, terus memperhatikan dari belakang tanpa mendengarkan apa yang dikatakan Rangga. Keesokan harinya Nanda harus kesekolah pagi-pagi sekali. Ia harus membereskan keadaan perpustakaan. Maklum kini Nanda menjadi anggota perpustakaan, dan hari ini giliran Nanda untuk membereskannya. Keadaan sekolah masih sangat sepi. Ia membuka pintu perpustakaan. Satu persatu ia bereskan buku-buku yang berantakan. Ia menyimpan buku-buku itu keasalnya dan menatanya dengan rapi. Dari luar terlihat Dimas yang baru saja datang dan melihat pintu perpustakaan terbuka. Ia pun masuk dan melihat Nanda yang sedang membawa setumpuk buku. Ia langsung membantunya dan menyimpan satu persatu di rak buku. “ Sini biar aku bantu?” Nanda yang melihat kedatangan Dimas yang secara tiba-tiba itu terkaget-kaget dan merasa heran. Namun Nanda pun membiarkan Dimas untuk membantunya. Terlihat Dimas dan Nanda yang kecapekan. Tapi akhirnya perpustakaan itu terlihat rapi, berkat bantuan dari Dimas. “ Terimakasih..” kata Nanda Dimas hanya membalasnya dengan senyuman. Terdengar bel masuk berbunyi. Dimas dan Nanda pun pergi bersama menuju kelas. Namun kebetulan hari ini guru b.indonesia tidak masuk. Keadaan kelas pun menjadi gaduh. Nanda hanya duduk terdiam sementara Dimas memperhatikannya dari jauh. Nanda pergi menuju halte untuk menunggu bis. Setiap hari ia pulang sendiri menggunakan bis. Sudah beberapa jam ia menunggu, bisnya selalu saja penuh. Dengan sabarnya ia menunggu bis yang lain. Ketika ia duduk sendiri, tiba-tiba ada seseorang yang mengendarai motor menghampiri Nanda. Dari pakaian seragamnya terlihat bahwa itu seorang laki-laki. Ia pun membuka helmnya dan memang ternyata laki-laki itu adalah Dimas. “hey, kamu mau pulang?” “iya..” “ya udah bareng aku aja? Soalnya kalau jam segini bis pasti penuh terus.” “Hmm…ya udah deh”. Akhirnya Dimas mengantarkan Nanda kerumahnya. Dari sinilah mulai terlihat kedekatan Nanda dan Dimas. Kali ini Dimas selalu memperlihatkan perhatiannya pada Nanda. Ia selalu membantu Nanda dalam hal apapun. Dan setiap hari pula Dimas mengantarkan Nanda pulang. Melihat kedekatan mereka berdua, Rangga pun mulai menaruh curiga. Akhirnya dia bertanya pada Dimas sahabatnya itu. Ia menanyakan tentang perasaannya pada Nanda. Dengan sedikit memaksa akhirnya Dimas pun jujur bahwa dia menaruh hati pada Nanda. Mendengar hal itu, Rangga sedikit kecewa namun sifatnya yang baik, setia kawan dan gokil itu, ia memperbolehkan sahabatnya itu mendapatkan Nanda. Ia merelakan segalanya, ia selalu merasa kalah dengan wajah rupawan dan kepintaran Dimas di banding dirinya begitupun ia melihat tingkah laku Nanda yang sepertinya menyukai Dimas juga. Strategi pun dimulai, Rangga mempersiapkan segalanya untuk membantu Dimas mengungkapkan perasaannya. Pagi itu rangga dan Dimas sudah berdiam diri di kantin. Kali ini Dimas akan mengungkapkannya di sana. Tak lama Nanda dan temannya berjalan menuju kantin. Ketika ia sedang duduk, tiba-tiba dari belakang ada seseorang yang memberikan setangkai bunga mawar merah. Nanda pun langsung membalikan badannya, dilihatnya seorang laki-laki yang selama ini tak asing lagi buat Nanda berlutut di hadapanya sambil memberikan bunga. “Maukah kamu jadi pacarku?” Nanda yang melihat hal itu, menutupi rasa bahagianya. Dengan malu-malu iya menerima Dimas sebagai pacarnya. Ia sedikit terkejut dengan keberanian Dimas yang mengungkapkan perasaannya di depan siswa lain. Sebulan lamanya Nanda menghabiskan waktu bersama Dimas. Dengan gaya kekanak-kanakannya, mereka selalu berdua kemanapun yang membuat iri semua orang. Ia melihat perhatian dan pengorbanan darinya. Sudah hampir setahun lamanya mereka berpacaran. Tak pernah ada keributan atau pun permasalahan lainnya. Semuanya baik-baik saja dan membuat Nanda selalu bahagia. Suatu hari di dekat rumah Nanda ada tetangga yang baru pindah. Tetangga itu mempunyai seorang anak perempuan yang seumuran dengannya. Ternyata Mereka masih ada ikatan saudara dari jauh. Nanda dan Vira, kini menjadi seorang teman bahkan sahabat. Mereka selalu bermain bersama. Bercerita dan berbagi pengalaman. Suatu ketika Vira memilih untuk pindah sekolah, ia berencana untuk satu sekolah dengan Nanda. Nanda yang mendengar itu ikut merasa bahagia. Suatu ketika Vira pun menjadi siswa baru disekolah. Nanda dan Vira selalu bersama kemana pun.Seperti biasa setiap ada siswa baru selalu saja menjadi bahan perbincanga. Kini Vira mulai populer dari Nanda. Melihat kecantikan Vira yang melebihi Nanda, semua orang menjadi tertarik padanya seperti kepada Nanda dulu. Namun Nanda tidak memperdulikan semua itu, menurutnya itu hal yang biasa. Setiap hari Nanda selalu bersama Vira sampai-sampai ia lupa terhadap hubungannya dengan Dimas. Ia menghargai Vira sebagai siswa baru di sana, ia tak mau sedetik pun meninggalkan Vira apalagi Vira adalah saudaranya meskipun dari jauh bahkan ntah dari garis keturunan mana. Namun beberapa bulan kehadiran Vira, ia seperti merasa aneh. Teman-teman sekelasnya lebih perhatian pada Vira, begitu pun dengan Vira yang merasa lebih mencari perhatian dari yang lainnya. Ia sedikit demi sedikit merasa kesal. Pada awalnya Nanda selalu menjaga Vira namun Vira malah menjauhinya dan mendekati yang lain. Suatu hari ia melihat kedekatan Vira dengan Dimas. Begitu pun dengan Dimas yang menerima kehadiran Vira. Mereka begitu dekat bahkan lebih dekat dari Nanda dulu. Nanda yang melihat itu kecewa dan kesal. Keakraban Dimas dan Vira membuatnya sedih. Padahal dulu ia menjauhi Dimas karena terlalu fokus pada Vira. Hubungannya kini dengan Dimas pun ntah bagaimana. Hubungan tanpa setatus, mungkin itu yang pantas untuk Nanda dan Dimas. Setiap hari ia melihat kedekatan Dimas dan Vira, tak ada sedikitpun perhatian Dimas Untuk Nanda. Dari situlah mulainya Nanda melupakan semuanya tentang kekecewaan pada mereka. Kini Vira mulai mengambil hati Dimas. Kejadian itu selalu membayangi sampai ia lulus dari sekolah. Menaruh rasa sakit pasti ada dalam hatinya. Ntah sampai kapan pengalaman pahit itu ia ingat. Kini Vira pindah dari lingkungan rumahnya. Nanda yang melihat itu merasa sangat senang dengan kepergian Vira. “Nanda?” Suara itu menghentikan lamunan Nanda yang mengingatkanya pada kejadian masa lalunya. “Rangga?” Nanda tersenyum simpul. Mereka pun bersalaman. Rangga yang merupakan sahabat dekat Dimas itu berbagi pengalaman tentang dirinya. Begitupun dengan Nanda yang menceritakan tentang kelanjutan sekolahnya ke luar kota. Setelah beberapa jam lamanya kini siswa kelas 2.D sudah berkumpul semuanya. Merekapun mulai untuk makan bersama. Semuanya duduk berhadapan. Nanda terkaget-kaget ketika ia melihat Dimas yang duduk di hadapannya. Begitupun dengan Vira yang duduk di sebelah Nanda. Namun ia merasa biasa saja dengan semua itu. Menurutnya itu hanya sebuah masa lalu tentang cinta monyet yang tak perlu untuk di ingat. Dan tentang rasa sakit itu semuanya terhapus oleh perjalanan waktu. Setelah selasai makan, mereka kembali berbincang-bincang lagi. Rangga terus saja mendekati Nanda, menanyakan tentang kelanjutan universitasnya itu. Begitupun dengan yang lainnya menceritakan tentang kelanjutan sekolahnya. Di tempat itu penuh dengan ocehan orang-orang yang berbagi cerita. Tanpa Nanda sadari, ia melihat Dimas yang mendekati Vira yang sedang duduk tepat di depan Nanda. Ia langsung saja mengalihkan perhatiannya lagi pada Rangga yang mengajaknya bicara. Tidak lama setelah itu, Nanda bergegas untuk pulang. Ia kebetulan sudah di jemput kakaknya. Ia langsung meminta ijin pada Rangga untuk pulang. Namun Rangga malah menyuruhnya meminta ijin pada Dimas. Nanda merasa kaku untuk meminta ijin pada Dimas, namun tetap saja Rangga menyuruhnya meminta ijin pada Dimas. Dengan beraninya Nanda pun menghampiri dimas yang sedang berbicara dengan Vira. “ Aku pulang dulu ya?”Nanda menjulurkan tangannya pada Vira untuk bersalaman. Nandapun bersalaman dengan Vira dengan senang hati. Namun ketika tangannya menjulurkan pada Dimas, ia tak memberikan salam pada Nanda. Sekali lagi Nanda pun meminta ijin pada Dimas. “Aku pulang dulu ya?” Tetap saja Dimas tak berkutik sedikitpun dan tidak membalas tangan Nanda. Dengan menghelai nafas panjang, Nanda pun pergi membalikan badannya. “oke..aku pulang..dah??” Dari situ Dimas mulai beranjak dari tempat duduknya dan membalas genggaman tangan Nanda yang ia julurkan. “Aku pulang ya? udah di jemput..” Setelah berkata seperti itu, Nanda melepaskan genggaman tangan Dimas. Namun Dimas menariknya dan menggenggam tangan Nanda begitu kuat seperti nggan berpisah dengannya. Nanda yang merasakan itu merasa heran, namun ia membiarkan Dimas untuk menggenggam tangannya dengan lama. Dimas terus saja melihat kearahnya sementara Nanda mengalihkan tatapannya ke arah lain. Setelah itu Dimas pun melepaskan tangan Nanda dan membiarkannya pergi. Dari belakang terlihat Dimas yang memperhatikan kepergian Nanda sampai tak terlihat. Sedangkan Nanda hanya tersenyum jengkel dengan tingkah laku Dimas yang seperti Itu. Writter by Aurora Khanza

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar

  © NOME DO SEU BLOG

Design by Emporium Digital