Blogger.

Novel "Will You Marry Me?", Episode Cinta Datang Tanpa Menyapa


Naya mulai memasuki kerumunan orang yang sudah menantinya satu jam yang lalu. Hari itu, mall manggarai yang berada di Jakarta pusat mulai ramai oleh pengunjung yang menikmati sajian hangat dari Launcing Buku ke tiga seorang penulis bernama Karaissa Naraya Anantiar. Tidak hanya itu, promo besar-besaran yang sengaja diadakan menjadi serbuan banyak pengunjung di tahun baru ini. ibarat sekali mendayung dua pulau terlampaui. Naya yang merupakan penulis dengan kecerdasan yang lumayan tinggi memanfaatkan moment yang ada. Untuk memperoleh penjualan yang cukup tinggi, buku yang berjudul “Cinta dalam Diam” tersebut sengaja menjadi hadiah bagi pengunjung yang beruntung dengan nomor pada tiket yang dijual. Tidak hanya itu, buku tersebut bisa di dapatkan dengan Cuma-Cuma apabila berbelanja di atas harga yang ditentukan.
                Satu jam sebelumnya, naya sudah menunggu di tenda artis yang sudah di sediakan. Dirinya terus menatap ke cermin melihat wajahnya yang terus menahan ketegangan. Gigi kelinci yang terlihat itu selalu menggigit bibir merahnya. Tangan kanannya ia kibas-kibaskan karena suhu disana benar-benar terasa panas dengan banyak artis lain yang sedang beristirahat, sementara tangan kirinya ia kepalkan dengan kuat. Sesekali ia melihat keluar tenda melalui celah kecil yang terbuka, dilihatnya pengunjung mall yang berdesakan, sementara di atas panggung yang akan menjadi tempat ia mempromosikan karyanya sedang di isi oleh sebuah band yang membuat pengunjung terhibur.
“ Mba, siap-siap ya, habis ini mba naya di panggil, “ seorang panitia menghampiri Naya yang sejak tadi mengintip ke luar.
                Ketegangan tersebut sudah buyar dengan kepercayaan diri Naya di depan panggung. Latihan tersenyum yang sudah dilakukannya berjam-jam di belakang tadi membuat dirinya tidak canggung lagi. Naya memang sudah lama jadi penulis. Dirinya sudah dikenal masyarakat setelah buku pertamanya menjadi bestseller di pasaran. Tentu itu menjadikan Naya seorang penulis wanita yang banyak di gemari.
Tidak hanya itu, wajahnya yang cantik asli Indonesia menjadikan nya tampak natural dan berkharisma. Dengan kulit yang sawo matang, tinggi hampir 170 dan berat badan yang proporsonal menjadikannya tampak sempurna. Jika dilihat dari rambutnya, ia memiliki jenis rambut yang ikal alami dan panjang terurai. Ciri khasnya yaitu berponi dan memakai kacamata. Sehingga tampak sekali sebagai wanita cerdas dan  berwibawa.
Namun meskipun ia sudah terkenal bak artis papan atas, tetap saja ia merasa masih demam panggung dikala harus menceritakan tentang lika liku perjalananya dalam membuat novel yang selalu mengundang perhatian banyak orang. begitu pun dengan hari ini, Naya dengan semangatnya menceritakan isi dari karya yang telah di buatnya itu. Dengan penjiwaan yang kuat, semua penggemar buku dirinya terpana mendengarnya bercerita. Mereka begitu merasakan kepahitan dan perjuangan cinta dari tokoh dalam novel tersebut.
Sejak peluncuran buku pertamanya, Naya sudah dikenal sebagai penulis yang menceritakan perjuangan cinta yang selalu berakhir tragis. Sampai buku ketiga ini, tokoh utama tidak pernah mendapatkan akhir yang bahagia. Sampai-sampai para pembaca yang sudah tidak sabar dengan karyanya itu selalu mengagung-agungkan penulis yang satu ini.
“ Ibu…Ibu…Nona penulis itu begitu cantik. Jika besar nanti nana juga pengen kayak nona itu,” seorang anak perempuan yang sedang di gendong wanita muda itu tiba-tiba melambaikan tangannya ke arah Naya yang sedang berbicara.
“ Wah, dia benar-benar berkharisma…Baru kali ini aku datang ke acarnya.” Lanjut wanita lainnya yang berada di samping.
“ Dia memang hebat!!!” Wanita yang memakai bando dengan aksesoris strawberi itu memberikan dua jempol pada Naya.
Di antara para pengunjung lainnya, tiga orang wanita dengan satu anak perempuan itu memang paling menonjol. Mereka sejak tadi terus memanggil Naya dari jauh. Sambil berteriak, sesekali membuat acara yang sangat formal tersebut berubah menjadi canda tawa yang membuat Naya malu. Wanita-wanita itulah yang selama ini menjadi penyemangat bagi kesuksesan Naya. Sejak kelulusan kuliahnya, Naya dan ketiga kawannya menjadi lebih dekat bahkan sudah seperti keluarga.
Malam itu Vina, salah satu teman Naya datang dengan anaknya Alana atau sering di panggil Nana. Sementara suaminya masih dalam perjalanan untuk ikut menghadiri undangan Launcing buku tersebut. Tak lupa juga Ciella yang tumben meluangkan waktunya untuk acara yang menurutnya membosankan. Di antara mereka, Ciella memang sangat tidak menyukai buku. Tapi dari pada malam ini dirinya harus menyendiri karena ditinggal suaminya dinas di rumah sakit, ia terpaksa untuk mendatangi acara yang sangat special bagi sahabatnya. Dan terakhir wanita cantik yang memberikan dua jempol untuk Naya tersebut adalah Maika. Kawan yang terakhir itu sangat dekat dengan Naya, karena sudah satu tahun lamanya, Naya tinggal bersamanya di sebuah rumah kontrakan. Ia hadir bersama pacarnya yang menurut banyak orang seperti romeo and Juliet karena keduanya sangat tampan dan cantik.
Sudah hampir dua jam acara itu di mulai dan keadaan sekitar semakin ramai. Ciella sejak tadi menggerak-gerakan kakinya karena sudah mulai terasa pegal. Maklum saking banyaknya penggemar Naya, ketiga sahabatnya itu tidak mendapatkan tempat duduk karena datang terlambat. Sementara Maika sejak tadi bercanda dengan kekasihnya yang bersebelahan tanpa menghiraukan acara tersebut. Beda lagi dengan Vina yang selalu menenangkan anaknya yang mulai rewel akibat banyaknya pengunjung yang membuatnya terdesak dari belakang. Namun kekesalan itu bisa diatasi setelah Dion sang suami datang.
“ Adit? Kamu ngapain di sini?” Seorang laki-laki tiba-tiba menghentikan perbincangan Adit dan Maika.
“ Eh..kamu? ini lagi liat launcing buku tuh,” Adit cukup kaget dengan kehadiran kawannya itu.
“ Oh, iya kenalin nih, Maika. Pacar ku Bro.” Lajut Adit mengenalkan kekasihnya.
Maika menjabat lelaki yang memakai baju merah tersebut. Senyuman yang ia berikan memperlihatkan tanda Tanya yang begitu besar terlihat dari tatapannya yang tak henti mengarah pada rambut yang terlihat acak-acakan dan sedikit gondrong itu. Sesekali Maika melemparkan tatapan pada Adit yang seolah bertanya, namun adit hanya membalasnya dengan senyum meyakinkan.
Selepas itu, Adit dan kawannya Rafa membicarakan pekerjaan mereka dengan sesekali bercanda layaknya seorang kawan yang sudah bersahabat bertahun-tahun. Padahal Adit baru bertemu Rafa setahun yang lalu, setelah Rafa pulang dari Amerika. Juga walaupun Rafa anak dari pemilik perusahaan tempat dirinya bekerja, Adit tidak pernah canggung karena Rafa sangat friendly terhadap semua orang. Maika pun terlihat bad mood karena merasa diacuhkan oleh kekasihnya itu.
“ eh, jangan di buang fa,” Adit mengambil kertas yang sudah diremas-remas Rafa di tangannya.
“ kenapa emang?”
“ ini tuh kartu undian, nanti kalau nomor yang di sini sama kayak nomor yang dipanggil bisa dapat buku gartis plus tanda tangannya. Kan lumayan tuh..bukannya kamu suka sama penulis ini?”
“ Ah bisa aja Bro.” senyum yang memperlihatkan semua giginya itu menandakan kebenaran yang dikatakan Adit.
“ Daddy…Daddy…ayo kesana..Ofal mau beli mobil-mobilan!” Seorang anak kecil tiba-tiba memegang tangan Rafa.
Adit yang tadi menggoda Rafa, memberikan senyuman dan lambaian tangan pada anak kecil itu yang usianya kira-kira empat tahun.
“ Iya bentar yang sayang…” Rafa menenangkan sambil mengelus rambutnya.
“ eh Yang dengerin tuh, undiannya mau di umumin,” Maika menghentikan perbincangan para pria tersebut.
“ oke, bagi siapa pun yang memiliki nomor 2..8…8…diharapkan untuk maju dan mendapatkan tandatangan langsung dari penulis kita.” MC memberikan aba-aba.
“ Wah, bro liat itu nomor yang dipanggil,” Adit terhenyak ketika melihat nomor yang ada di tangan Rafa.
“ Oh emang iya?” Rafa tak percaya
“ Beneran kali, cepetan maju..” Adit terus mendorong Rafa agar maju. Namun Rafa menolak karena anak kecil yang disampingnya terus menarik tangannya untuk keluar dari acara tersebut.
MC yang sejak tadi mengumumkan nomor tersebut terus mencari kehadiran orang yang memilikinya. Begitu pun dengan Naya sang penulis yang keheranan karena tidak ada yang muncul.
Sementara Maika, Ciella dan Vina terus melihat Adit yang beradu pendapat dengan kawannya itu. Mereka risih dengan kelakukan laki-laki yang sejak tadi berbincang dengan keras. Rafa yang memiliki nomor tersebut juga merasa terganggu dan kebingungan antara pergi kedepan atau menuruti keinginan anak kecil tersebut.
“ Udah deh, buat kamu aja.” Rafa menyerahkan nomor tersebut pada Maika. Lagi pula ia tidak ingin idenitasnya diketahui orang jika menyukai buku-buku yang mellow seperti karya dari Naya tersebut. Dengan seketika Rafa pergi sambil menggendong anak kecil tersebut di susul dengan kehadiran seorang ibu yang terlihat dari belakang. Maika dan Adit tak hentinya melihat kepergian Rafa.
“ Apakah tidak ada yang memiliki nomor 288?” MC mengulanginya lagi.
Dengan terburu-buru, Maika mengacungkan tangan dan berjalan kedepan. Dari kejauhan, sudah terlihat Naya yang sedikit kecewa karena yang menang adalah temannya sendiri. Padahal jika temannya, bisa mendapatkan buku dan tanda tangan di belakang nanti. Ia berharap yang menang adalah pengunjung yang datang sehingga bisa meningkatkan pamornya di mata semua orang agar lebih dikenal lebih luas.
Akhirnya, acara yang berlangsung 3 jam tersebut berakhir dengan lancar dan sempurna. Naya merasa bangga karena peluncuran bukunya itu berjalan sesuai dengan yang diharapkannya. Ia selalu menginginkan momen yang sempurna, sehingga membuat orang semakin jatuh cinta padanya. Tepuk tangan pengunjung yang datang menutup semua rangkaian yang sudah ia persiapkan jauh-jauh hari.
Teman-temannya yang sudah menyempatkan hadir tersebut, melihat wajah Naya yang sangat kelelahan namun masih bisa tersenyum sambil memberikan tanda tangan bagi fans-fansnya.
“ Nona penulis, selamat ya? Ini bunga dari nana.” Nana yang saat itu digendong ayahnya, memberikan setangkai bunga sebagai hadiah untuk Naya.
“ Mba Naya aku fans berat mba loh..” ledek Vina..
“ Iya mba aku suka banget sama novelnya,” Maika ikut meledek dengan memperagakan tingkah-tingkah penggemarnya.
“ Mba Naya boleh gak aku foto bareng mba.” Ciella juga ikut-ikutan..
“ ish…kalian ini! ngeledek mulu!” Naya mulai kesal dengan teman-temannya yang menghampiri dirinya ketika semua orang sudah pergi.
“ Nay, selamat ya. Tadi acaranya seru banget.” Adit memotong ledekan dari wanita-wanita itu dengan memberi rangkaian bunga indah yang sejak tadi dipegangnya.
“ ih….kirain itu bunga buat aku?” Maika kesal saat Adit menghadiahi Naya bunga yang cantik.
“ Makasih ya dit,” Naya menerimanya sambil mengolok-olok Maika.
Pertemuan mereka di tempat itu cukup lama. Sambil menunggu semuanya beres, mereka terus bercanda dan membuat suasana menjadi lebih ramai. Ditambah lagi dengan tingkah Nana yang berusia 4 tahun dan sangat lincah. Persahabatan yang lebih dari segalanya tidak pernah membuat mereka canggung untuk saling menghina dan mentertawakan satu sama lain. Baik buruknya antara yang lain sudah bisa diterima, walau terkadang berakhir dengan pertengkaran namun kekuatan ikatan mereka akan selalu menyatu kembali. Meskipun Naya sudah menjadi orang paling sukses dan populer, tapi ia masih tetap memilih sahabat-sahabatnya untuk berbagi cerita. Termasuk tentang keberadaan pasangan-pasangan mereka. Naya selalu bisa menerima walaupun pada awalnya kehadiran mereka membuat ia sedikit kaku, karena sudah lama bahkan belum pernah sekali pun Naya mengenal laki-laki untuk dekat dengannya.
Waktu menunjukan pukul 7 malam dan ruangan di lantai 2 tersebut sudah hampir beres kembali. Vina dan Doni sudah pergi duluan karena Nana sudah mulai mengantuk. Di susul dengan kepergian Maika dan Adit yang katanya ingin pergi jalan-jalan sebentar. Sementara Ciella berdiri sambil terus mengecek handphonenya.
“ Ayo pulang…” Naya mengajak Ciella yang sejak tadi terlihat resah dan kesal.
“ loe pulag duluan, soalnya gue lagi nunggu Adlan,” Ciella menjelaskan dengan yakin.
“ Loh, bukannya dia lagi dinas ya?”
“ Iya sih, tapi tadi katanya gak jadi. Terus dia mau jemput gue,”
“ beneran nih? Ya udah kalau gitu aku pulang ya.”
Ciella hanya membalasnya dengan lambaian tangan. Sementara Naya terlihat tak tega meninggalkan temannya itu sendirian.
Dengan tatapan yang pasrah dan pikiran yang masih tertuju pada Ciella, Naya berjalan dengan langkah kaki yang semakin pelan. Berharap bahwa Ciella bisa datang dan menyusulnya. Maklum, beberapa waktu terakhir ini Naya selalu melihat Ciella menangis karena menjadi korban PHP suaminya. Sebagai seorang perawat yang sangat diandalkan, Adlan termsuk suami yang bertanggungjawab karena tidak penah telat menghidupi istrinya itu. Tapi yang ia ketahui bahwa Ciella tidak pernah merasakan kebahagiaan.
“ Aduh…” tiba-tiba Naya ditabrak seseorang dan membuyarkan pikirannya.
“ Naya? Sorry nay? Loh, acaranya udah selesai ya?” laki-laki itu memulai pembicaraan.
“ Eh Adlan? Udah kok, kamu telat sih! Tapi gak papa kok.”
“ Yah…sorry ya Nay..”
“ Udah lah gak masalah. Temuin tuh Ciella udah nunggu kamu.”
“ oh iya, oke. Duluan ya?”
“ iya…”
Akhirnya ia mulai lega, karena kali ini Ciella bisa tersenyum bahagia. Hari ini adalah hari yang panjang baginya, sehingga ia mulai mempercepat langkahnya agar bisa sampai dengan cepat dan beristirahat dengan tenang. Ia mulai merasa kesal dengan suara bising orang-orang yang ada di sekitarnya.
Mimic wajahnya kini berubah. Keningnya mulai mengkerut dan alisnya terangkat sebelah. Senyum lembut dibibirnya sudah menghilang semenjak ia keluar dari mall tersebut. tangan kanannya terus saja memegang tali tas yang ia kenakan, sementara tangan satunya ia lenggengkan di atas pinggulnya. Naya mulai kesal dan berdiri di pinggir bangunan dengan kaki kanan yang menggesek-gesek lantai. Matanya terus saja mengarah ke tempat parkir menunggu mobilnya segera tiba.
“ Pak lama banget sih!!” Naya marah pada Mang Ujang yang baru keluar dari tempat parkir. Sementara mang ujang hanya memelas kata maaf pada sang penulis tersebut.
Memang tidak ada yang tahu tentang kebiasaan buruk Naya. Bagi orang terdekatnya apalagi yang baru mengenalnya bisa kena semprot wanita yang satu ini. Ia lebih sensitive pada setiap pria yang ada di sekelilignya kecuali yang memang sudah mengenal dirinya dalam waktu yang lama seperti Doni, Adit dan Adlan yang merupakan pasangan dari ketiga temannya itu. Tidak heran bahwa ia hanya memiliki sedikit teman untuk di ajak bicara karena sifatnya itu. Begitupun pasangan, ia masih tetap memilih unttuk sendiri di usianya yang sudah menginjak 24 tahun karena pria yang mendekatinya lebih mengenalnya sebagai wanita sombong dan angkuh. Namun tidak ada publik yang tahu, karena setiap didepan kamera, ia selalu menunjukan senyumnya yang indah.
Naya mulai memasuki kursi belakang mobil. Tubuhnya yang sangat kelelahan ia senderkan dengan seketika. Ditutupnya mata yang sudah terlihat merah dan terasa perih itu. Walaupun suasana masih berisik, ia sempatkan untuk tertidur sejenak. Lagi pula untuk mengeluarkan mobil dari tempat ini cukup sulit, karena antrian panjang di depan masih panjang.
“ Dugggg…..” Tiba-tiba Naya mendengar suara kencang dari belakang mobilnya, ia merasa ada dorongan kuat yang membuat mobilnya maju secara tiba-tiba.
“ Ada apa pak?”
“ sepertinya ada yang menabrak mobil ini non?”
Naya merasa kesal lagi, ia langsung membuka pintu dan melihat keadaan di belakang mobilnya itu. Terlihat mobil Honda jazz biru kesayangannya itu tergores sedikit oleh mobil MPV yang lebih besar darinya. Naya hanya bisa menghelaikan nafas panjang, ia tak menyangka kesibukan hari ini memberikan petaka baginya. Walaupun goresan itu tak seberapa, tapi kejadian yang dia alami malam itu menghilangkan mood baiknya.
“ Nona, maafkan aku, aku tidak sengaja,” tiba-tiba seorang anak kecil datang dari samping dan menghampiri Naya.
“ Ya ampun, maafkan kami mba. Ofal lain kali ofal jangan nakal, jadikan mobilnya maju dan nabrak mobil orang. Ofal harus diem kalau Daddy nyuruh Ofal diem.” Seorang ibu paruh baya dan anak kecil itu meminta maaf dengan sangat pada Naya.
Naya yang sejak tadi kesal mulai sedikit luluh. Wajah tegangnya karena amarah sudah sedikit mulai memudar melihat ibu dan anak tersebut. Tanpa berkata apa-apa, ia langsung kembali ke mobil. Ia mulai merebahkan tubuhnya lagi seperti semula.
Naya memang orang yang sangat memegang teguh prinsipnya. Ia selalu menginginkan hal yang sempurna termasuk menjalankan hari-harinya. Ia tak ingin ada orang yang membuat harinya berjalan tidak sesuai apa yang telah direncanakan. Termasuk orang-orang yang membuat hidupnya terganggu seperti sekarang ini. itulah mengapa ia lebih senang sendiri daripada harus dekat dengan banyak orang. namun iya sangat menghargai ketulusan siapa pun yang memang menyesal melakukan kesalahan. Baginya hidup harus dijalankan dengan serius, dengan penataan sesuatu yang sudah direncanakan dengan jadwal yang tepat. Karena waktu tidak akan pernah kembali, jadi tidak ada kata main-main bagi dirinya. Apalagi untuk membuat sebuah kesalahan. Sempurna, segalanya harus sempurna!
“ Ofal? Kamu gak papa?” tiba-tiba Rafa menghampiri anak itu.
“ gak papa daddy…”
“ Terus tadi orangnya gimana? Dia marah gak bi?” Rafa bertanya pada wanita yang sejak tadi menjaga naufal.
“ dia gak marah mas, malah pas kita minta maaf dia langsung pergi. Tapi mas aku kaget soalnya mba yang tadi tuh kayak mirip-mirip siapa gitu. Pokoknya kayak pernah nongol di tv mas.” Bibi menjelaskannya dengan panjang lebar.
“ oh ya? Bentar, daddy liat dulu ya?” Rafa langsung mendekati mobil itu dan mengetuk pintunya.
Tanpa menghiraukan kehadiran seseorang di luar sana, Naya menyuruh Mang Ujang menjalankan mobilnya. Melihat mobil yang langsung berjalan itu, Rafa merasa heran dan menatapnya sampai mobil hilang dari pandangannya.
Kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan membuat Naya harus tiba di kontrakan pukul 10 malam. Mang Ujang yang mengantarnya disuruh untuk pergi ke rumah dan menservice mobil kesayangannya itu. Dari luar terlihat rumah yang dibangun dua lantai dan diberi warna merah ati itu masih gelap tanpa penerangan. Naya melihat ke sekeliling halaman sambil menggigit bibirnya. Dari wajahnya terlihat kekesalan yang membuatnya harus sendiri lagi. Ia memaklumi, bahwa ketiga temannya sedang asyik bersama pasangan mereka. Namun keberadaan para lelaki itu, membuat Naya seperti tersisihkan dan harus menjalankan semuanya serba sendiri.
Ia mulai memasuki ruang tengah dan kebingungan mencari stop kontak untuk menyalakan lampu.
“Suprice…” tiba-tiba terdengar suara mengejutkan dari ruangan itu dengan lampu yang tiba-tiba menyala.
Naya langsung melongo saat melihat ruangan tersebut sudah penuh dengan balon dan hiasan indah lainnya. Terlihat jelas tulisan dari spanduk yang menempel di tembok ruangan.
“Congratulatio Karaissa Naraya Anantiar"
Bibirnya mulai tersenyum lepas. Tadinya ia merasa kesal karena ditinggal oleh sahabat-sahabatnya itu. Dan ia tak menyangka mereka bisa meluangkan waktu untuk memberikan kejutan. Walau lelah, Naya tetap mneyempatkan diri memberikan waktunya untuk mereka. Jarang-jarang naya seorang yang snagat sibuk bisa berkumpul dan bersenang-senang seperti ini. Malam itu ia hanya ingin tertawa bersama sahabatnya. Kebetulan Ciella akan menginap di rumah itu karena bertengkar lagi dengan suaminya. Beitupun dnegan Vina yang mengajak Nana untuk tidur bersama nona-nona nya yang lain. walaupun pagi-pagi sekali ia harus langsung pergi ke sekolah.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar

  © NOME DO SEU BLOG

Design by Emporium Digital