Blogger.

Bertambah Usia, Ajang Muhasabah Diri


Assalamualaikum sahabat, semoga Allah selalu memberikan kebahagiaan untuk kita semua. Sahabat? Apakah kalian senang jika di hari bertambahnya usia mendapatkan kado spesial dari yang terkasih? Pastinya bukan? Dan begitu pun dengan aku yang lima hari kebelakang pun mengalami hal serupa. Walaupun secara agama, hari lahir berarti berkurangnya sisa waktu di dunia ini. Dan itu bagiku menjadi ajang muhasabah diri agar lebih memahami hakikat kita sebagai manusia.
Dan setiap tahunnya ketika moment menuju hari lahirku tiba, aku selalu dikejutkan dengan kado-kado spesial dari yang terkasih. Kado terindah yang membuatku menangis dan bahagia dalam satu waktu. Kadang itu dihadapi dengan kebanggaan, kadang dengan amarah, kadang dengan kesedihan, kadang pula dengan kebahagiaan. Dan itu tergantung dari bagaimana aku merespon pemberian tersebut. Tahukah sahabat siapa yang terkasih itu? Dia yang Maha Besar dan Kuasa atas diri kita ini, termasuk aku dan sahabat semua. Dialah Allah yang Maha Esa...
Sampai pada detik pencapaian di usia 24 tahun ini, aku teringat akan setiap kado spesial yang Dia berikan. Dimulai dari usia 20 tahun, aku sudah merasakan bagaimana kehadiran Allah yang benar-benar nyata dalam hidup ini. Karena tanpa nya, kita tidak bisa meraih apa yang diinginkan. Tanpa izinnya, tidak akan ada jalan kehidupan yang membuat kita menjadi lebih bahagia..
Waktu itu adalah kejadian ketika aku sudah menjadi seorang mahasiswa. Sahabat tahu tidak dengan 100 mimpi yang sedang populer. Pada zaman ku dulu, kegiatan itu sering dilakukan oleh beberapa orang di sekitarku. Memang semenjak SMA sejak masuk ke organisasi rohis. Kita di wajibkan untuk menuliskan sebanyak mungkin mimpi dan aku melakukannya. Di tuliskan dalam sebuah kertas pencapaian apa saja yang akan kita persiapkan di masa depan dan di usia berapa kita harus berjuang untuk mewujudkannnya. Waktu itu aku berharap bahwa di usia 20 tahun aku bisa mewujudkan mimpiku penjadi seorang penulis.
Yaps, mimpi menjadi penulis sudah diinginkan sejak kecil. Ketika aku merasakan bahwa aku mendapatkan ketenangan ketika menuliskan segala sesuatu. Dan sangat pencintai kata-kata yang indah yang terkesan mewah. Sampai tanpa aku sadari tentang 100 mimpi tersebut enah apa dan di simpan dimana. Tapi aku tetap fokus untuk bisa berkarya dengan caraku sendiri. Waktu itu dengan banyaknya tulisan yang tersimpan di laptop, aku mencoba mengirimkannnya ke beberapa penerbit, namun nihil. Mencoba bikin kembali dari mulai puisi, cerpen dan artikel tapi tidak ada hasil. Sampai pada akhirnya aku tak mampu melihat laptop dan tulisanku yang menurutkan sudah tidak berharga lagi. Aku merenung dan menangis seharian, kebayang mimpi yang selama ini di tata sejak kecil tidak kunjung berbuah hasil.  Akhirnya aku tinggalkan sejenak dan aku berpikir bahwa dalam dunia menulis sebenarnya aku tak mampu.
Tapi namanya anak muda, pastinya penasaran terus menerus. Apalagi jika udah hobi menulis, sehari tidak melakukannya pun serasa hampa. Ia memang seperti ada yang hilang, separuh jiwa ku hilang itu benar-benar menyakitkan. Dan dengan semangat yang apinya masih membara sedikit alias sudah terlihat redup, aku pun mencoba lagi dengan Bismillah. Kadang kepercayaan diri itu penting, apalagi memang harus percaya bahwa Allah akan menilai usaha hambanya untuk mendapatkan apa yang diperjuangkan. Banyak sekali perlombaan yang diselenggarakan oleh penerbit indie di facebook. Kebetulan kalau memang suka menulis harus bisa membuka jaringan setidaknya punya bayak teman penerbit untuk mendapatkan informasi. Dimulai dari kirim ke sana sini dengan penerbit indie yang berbeda. Sampai pada akhirnya lelah juga karena ya tidak ada hasil lagi. Tapi tetep aku adalah orang yang pantang menyerah, walau masih harus menangis dan meminta pada Allah, atau kadang tidur seharian karena merasa down kecewa pada diri sendiri. Coba lagi, lagi dan lagi dan tahap akhir tentunya Allah kasih hadia terindah yaitu ketika karya ku bisa jadi kontributor di buku penerbit indie bersama banyak penulis lainnnya. Kontributor itu berarti karya kita masuk seleksi dan berhasil buat di terbitkan bersama kontributor lain yang terpilih.
Semenjak terpilih satu itu, entah kenapa karya-karya ku yang lain pun terpilih di penerbit indie berbeda. Dan entah berapa banyak karya yang sudah berhasil di terbitkan, Alhamdulillah akhirnya lelahnya itu terbayar sudah, Allah masih memberi kekuatan pada hatiku untuk bertahan dan tidak putus asa. Tapi, dibalik bangganya itu aku tidak bisa memiliki buku terbitannya karena penerbit indie itu memang mengharuskan untuk membeli walaupun kita adalah penulisnya. Namanya penerbit lokal ya keuntungan mereka dari situ, maklum juga kan kita penulis yang masih bayi. Dan juga karena waktu itu statusku masih mahasiswa yang buat makan aja harus diperhitungkan, belum lagi bayar ini itu jadi kalau beli buku rasanya nanti dulu aja. Itukan masih pake uang orang tua, belum ada penghasilan. Oh dan iya memang kalau jadi kontributor di penerbit indie kita gak dapet royalti. Ya begitulah perjuangannya. Ikhlas ya, yang penting ada jejak kita dalam karya itu.
Itu kado terindah di usia 20 tahun, alhamdulillah bisa berkarya sampai sekarang. Walau belum tembus ke penerbit nasional, ya semuanya butuh waktu dan proses yang membuat kita tetap bertahan. Waktu itu aku lapor ke orang tua, kakak-kakak, sahabat bahwa aku sudah menerbitkan buku. Bangganya pake banget, walaupun balik lagi jangan sampai sombong. Kamu belum seperti asma nadia ataupun tere liye sangat jauh banget. Tapi tak apa setidaknya semangat menggebu masih bersemayam di dada. Heheh
Seiring berjalannya waktu, ketika karya ku sudah terbit aku pun mulai berpikir kembali.  Maklum manusia tidak pernah puas akan hal yang dicapainya. Pasti akan selalu merasa kurang dengan yang dijalaninya. Dan aku berpikir, kenapa aku tak menghasilkan uang ya dari karyaku itu. Kerja dengan ide itu harusnya lebih mahal loh, karena jarang sekali orang mau bekerja dengan idenya. Kebanyakn mereka kan kerja dengan fisiknya, heheh. Akhirnya aku mencari sebuah penerbitan yang menerima penulis. Karena memang biasanya penerbit hanya menerima novel atau buku yang tebalnya ratusan sedangkan aku belum memiliki karya yang banyak seperti itu, akhirnya aku mencari alternatif lain asalakan berkaitan dengan dunia tulis menulis.
Dan setelah mencari walaupun penuh keringat dan air mata, (padahal nyarinya juga online) aku akhirnya mendapatkan penerbit yang membuka lowongan penulisan artikel. Kenapa aku yain itu bukan penipuan soalnya dilihat alamatnya dekat kosan yang di Bandung dulu. Kalaupun penipu nanti aku datengin langsung aja. Alhasil itu adalah penerbit yang legal dan memang nyata adanya. Pada waktu itu, aku harus menulis artikel atau lebih tepatnya copywriter. Padahal aku merasa belum memiliki kemampuan menulis di bidang itu. Tapi bismillah aja mencoba dengan semangat menggebu. Waktu itu di test untuk menuliskan artikel tentang sebuah produk. Jadi copywriter itu kita menulis atau mendeskripsikan sebuah produk yang akan di jual secara online. Sehingga banyak konsumen yang tertarik dengan produk tersebut. Dengan maksimal, aku mengeluarkan kata-kata indah yang bersarang di pikiran dan alhamdulillah LOLOS. Itu pertama kali dapet gaji sebesar 500 ribu, untuk kalangan mahasiswa itu pastinya besar.
Tapi sayangnya lagi, penulisan itu hanya berlaku satu bulan. Dan tidak tentu kapan adanya lagi. Walaupun ada, kita harus tetap diseleksi lagi tidak bisa langsung menulis begitu saja. Untuk itu aku mencari lagi yang memang sistem kerjanya tetap jadi kita terikat gitu, walaupun dilakukan secara online. Dan alhamdulillah dapet lah lagi sebuah perusahaan online yang menampung para penulis. Waktu itu gak takut kena tipu gak tau kenapa yakin aja sama ini perusahaan. Dan tentunya ada seleksi lagi. Kita akan di test secara online selama tiga hari untuk menulis artikel yang memang tidak jauh dari penulisan yang dulu. Tapi ini di bayarnya perkata loh, dan bukan lumayan lagi fee yang didapatnya.
Singkat cerita alhamdulillah lolos, dan mulailah dengan aktifitas kuliah dan menulis lagi. Tapi bedanya di sini aku harus menulis minimal 10 artikel dalam sehari dengan tema yang sudah ditentukan, seiring berjalannnya waktu berhasillah menjalankan pekerjaan ini dan gaji perbulan yaitu sampai 2 juta ke atas. Alhamdulillah kuliah pun gak minta ortu lagi. Dan bekerja di sini hampir 1 tahun lebih.
Dalam satu tahun itu, aku fokus menulis dan tidak lupa juga dengan kuliah. Saking berambisinya dengan karya plus tambahan uang maka aku lupa segalanya. Lupa bersyukur kepada yang memberi rizki. Lupa makan, lupa istirahat, sampai full 24 jam di depan laptop kalau tidak ada kuliah. Jadi jarang kumpul sama temen deket, mereka bilang aku sibuk dan tidak peduli lagi. Tapi aku tak hiraukan semua itu. Alhasil Allah kasih aku kejutan di usia ku yang menuju 21 Tahun. Kado terindah karena aku sudah keluar batas sebagai serang manusia. Allah kasih aku sakit dan pengobatan selama 1 tahun, mungkin itu untuk mengganti kesibukan aku menulis 1 tahun yang lalu. Agar aku tidak menjadi manusia yang haus dengan dunia.
Sahabat tahu kan sakit yang di derita Olga Syahputra? Aku pun mengalaminya dan kini aku lebih tahu tentang penyakit itu. Bukan penyakit yang ada di otak, tapi penyakit yang menyerang kelenjar getah bening di leher. Jadi benjolan di leher itu bukan karena di guna-guna atau hal mistis apapun. Itu adalah kelenjar getah bening yang sudah terkena virus mematikan, tapi sebenarnya tidak mematikan sih kalau kata bapak dokternya. Setiap orang memiliki kelenjar getah bening di dalam tubuhnya dan jika kita tidak bisa menyeimbangkan asupan gizi dan tidak beristirahat maka kelenjar itu akan menonjol keluar. Langkah yang dilakukan yaitu dengan operasi agar tahu apakah itu berbahaya atau tidak. Kalau tidak dioperasi ya tidak akan tahu karena jika tidak dioperasi maka akan menjadi kanker getah bening. Naudzubilllah...
Ketika divonis itu ya pastinya langsung down dan gak mau bergerak sama sekali. Hanya tidur di kamar, ngumpet, nangis, dengerin murotal setiap hari. Sampe aku bilang “Ya Allah kenapa cobaan mu begitu besar”. Hampir 3 bulan gak ngampus lantaran harus cek sesering mungkin. Dan waktu itu aku gak mau di operasi lantaran takut. Maklum waktu itu kebayang film korea yang tentang dokter operasi. Jadi bener-bener gak bisa move on untuk terus melanjutkan kehidupan. Tapi setelah bertemu dokter dan dijelaskan dengan lebih detail, hati pun terasa adem. Karena penyakit itu tidak berbahaya dan masih bisa diobati. Ya udah deh mau juga dioperasi dan Alhamdulillah lancar tapi itu sakitnya banget. Kemudian berobatlah selama setahun, jadi berobat jalan sebulan sekali harus bolak balik Bandung Tasik buat nambah obat ke rumah sakit. Dan menulis pun aku hentikan, langsung bilag ke perusahaannya kalau aku sedang sakit.
Akhirnya aku menyadari bahwa, waktu itu Allah sudah ngasih aku kesempatan buat wujudkan mimpiku. Tapi aku termakan oleh hawa nafsu untuk terus mengejar impian sampai lupa diri bahkan lupa bersyukur bahwa semua itu adalah pemberian darinya. Sampai pada akhirnya aku berpikir bahwa mimpi dan uang tidaklah berharga lagi bagi ku. Yang terpenting adalah aku harus tetap mengingat Allah dalam kondisi apapun (Walau sekarang pun masih terus memperbaiki diri).
Setelah semua berlalu dan semangat itu datang lagi, aku berpikir apa yang akan aku lakukan selanjutnya. Karena aku orangnya gak bisa diem dan masa iya hanya kuliah lalu membuang waktu kosong dengan percuma. Pada akhirnya aku mencari kerja lagi yang memang tidak menguras waktu dan tenaga begitu besar dan dipilihlah untuk mencari kerja sebagai guru TK. Entah kenapa langsung berpikir ke arah sana, tapi mungkin itu sudah jalan Allah. Dan alhasil setelah mencari di internet, ada juga loker yang sekolahnya tidak begitu jauh dengan kosan.
Kado terindah waktu itu memasuki usia 22 tahun. Memang sangat-sangat indah ketika aku mengenal dunia anak yang jauh berbeda dengan dunia ku saat itu. Ada pemikiran berbeda yang aku definisikan mengenai sebuah kebagiaan dan itu aku dapatkan dari anak-anak. Tapi sahabat perlu tahu juga kalau teman-teman kampusku gak pernah percaya aku mengajar anak kecil. Karena perangaiku yang pendiam dan so jaim juga jarang banget senyum alias keliatan sombong. Tapi berkat anak-anak dan semua guru yang ada, aku semakin dewasa dan sedikit demi sedikit bisa memaknai hidup.
Kebayang gak sih, aku yang sebenarnya gak pedean malah dituntut untuk lebih bawel dan ceria setiap saat. Aku yang jarang senyum malah selalu dibilang bunda cantik oleh anak-anak. Alhasil mereka merubahku 180 derajat. Menjadi sosok yang ramah, murah senyum dan bawel. Maklum kalau di kampus memang jaim dan harus serius. Namanya juga belajar harus fokus dan gak main-main. Dan selama mengajar aku menemukan diriku yang berbeda yang lebih terbuka untuk megekspresikan diri. Maklum biasanya kan penulis itu Cuma berdua sama laptop, gak ada yang bisa di ajak bicara dan senang dengan suasana sunyi untuk berpikir. Tapi di sini Allah memberikan kebahagiaan melalui mereka setelah aku terpuruk karena sakit. (Cerita perjalanan di TK nanti di lanjutin lagi ya di lain wkatu).
Setelah setahun mengajar, akhirnya harus selesai juga karena harus fokus untuk skripsi. Dan suasana kembali serius dengan aku yang terus mengejar kelulusan. Tapi tingkah aku sudah mulai berubah dengan sedikit lebih ceria. Dan sama seperti mahasiswa lain yang sedang menghadapi tingkat akhir tentunya ada ketakutan tersendiri. Apalagi ketika aku mendapatkan pembimbing yang super duper sulit untuk di taklukan. Pembimbing yang super sempurna, detail, terinci dan jelas. Dan ketika aku pikir-pikir ternyata sifat beliau sama juga kayak aku, mungkin Allah ingin mengujiku seberapa kuat aku bertahan dan sebara besar ingatan ku untuk terus dekat dengan Allah.
Lelahnya skripsi, bimbingan ke rumahnya sendiri, ke kampus sendiri sudah sangat menjengkelkan. Apalagi jika apa yang sudah dikerjakan ternyata tidak membuat beliau puas. Padahal kalau bisa marah, aku Cuma pengen bilang ke beliau waktu itu bahwa aku sudah biasa menulis kayak gini dan penulis itu menanamkan nilai kejujuran kalau semua karyaku hasil plagiat atau mengada-ngada, aku pasti udah di pecat saat aku kerja dulu. Tapi namanya pembimbing pasti selalu benar dan kita mahasiswa selalu salah.
Dan tetap tidak lepas dari nangis, mojok, marah ke diri sendiri pokoknya lebay banget. Tak lepas untuk berdoa dengan tetesan air mata yang membasahi. Kadang berpikir “ Ya Allah kenapa ko skripsi aku berat banget ya? Teman-teman yang lain ko cepet di acc?” Lagi-lagi aku nyalahin Allah pada waktu itu. Tapi namanya manusia ya pasti di uji dengan jalannya masing-masing.
Setelah melankolis selama beberapa bulan dan benar-benar menguras energi dan pikiran akhirnya Allah kasih jalan mudah untuk bisa sidang skripsi waktu itu. Padahal udah pasrah banget untuk gak wisuda bareng temen-temen. Dan di saat senangnya bisa sidang, di saat benar-benar merasa plong buat daftar sidang, ada kabar buruk yang tidak di sangka dan membuat aku kembali terpuruk. Kabar meninggalnya kakak ipar saat melahirkan. Tepat sehari setelah aku bisa daftar sidang, membuat aku berpikir kembali tentang hal itu. Aku tidak bahagia, sungguh aku tidak bahagia..Ini semua tidak ada artinya bagiku. Saat itu aku ingin datang ke Tangerang tempat kakak ipar melahirkan, tapi saat itu pula aku sedang membereskan persiapan sidang. Ya Allah lagi-lagi cobaan besar benar-benar membuat diri ini terjatuh. Dan hampir setiap hari nangis, bukan tentang skripsi lagi tapi tentang kehilangan. Sempat berpikir lagi “ Ya Allah aku gak ikhlas, gimana itu dedenya (Karena alhamdulillah bayinya selamat) gimana nasib aa aku, gimana kalau babynya udah besar dan menanyakan ibunya?”. Lagi-lagi aku menyalahkan Allah.
Kejadian itu berlangsung beberapa hari menuju pernikahan kakak ke dua ku yang memang sudah direncanakan sejak setahun lalu. Tiga kejadian yang terjadi menuju ulang tahun ke 23 ku. Dan tepat tanggal 1 september tahun lalu aku benar-benar mendapatkan kado spesial satu paket plus plus. Antara senang dan sedih, bisa lulus kuliah, kakak ku menikah tapi istri dari kakak pertama meninggal dan bayi nya selamat. Aduh ya Allah benar-benar menguras hati semua kejadian itu.
Dan semuanya berlalu dengan ceritanya masing-masing. Setelah lulus kuliah dalam penantian mendapatkan kerjaan, aku kembali menulis seperti dulu. Sampai 7 bulan lamanya tidak mendapatkan pekerjaan hanya melalui seleksi ini itu. Tapi di sisi lain memang aku sudah di persiapkan untuk mengganti kakak ipar yang akan cuti hamil. Kebetulan selang beberapa minggu menikah, kakak ipar pun hamil, Alhamdulillah.
Pada saat mendengar akan menggantikan teteh kerja di bekasi, aku pun berpikir untuk tidak ingin melakukannnya. Maklum bekasi di benak ku adalah kota besar yang lingkungannnya tidak bersahabat. Dan pastinya tidak nyaman pula untuk aku hidup di sana. Tapi mungkin sudah takdir Allah karena belum ada pekerjaan ya akhirnya ikut juga dan mulai kerja bulam maret lalu. Hanya sampai 6 bulan, aku bekerja di sebuah pabrik minuman yang sudah terkenal. Dan seiring berjalannnya waktu aku pun malah menemukan hal baru.
Ternyata segala sesuatu yang aku takutkan tidak terbukti adanya. Malah aku mendapatkan keluarga baru yang sangat membuat bahagia. Dari awal perjalanan kerja di saat masih jadi pendiam sampai pada akhirnya jadi bawel banget. Dari yang gak kenal sampai udah gak canggung buat bercanda, dari mulai jaim sampai udah blak-blakan kalau ketemu orang. Dan tentunya menjadi idola yang banyak fansnya hahah. Dan lagi-lagi kebahagiaan itu tidak abadi, karena itu menjadi kado terindah di usia 24 tahun. Tepat sehari sebelum tanggal lahir itu, aku sudah menyelesaikan kontrak selama 6 bulan. Tentunya aku diberikan kado spesial dengan sebuah perpisahan. Yang awalnya gak mau, jadi mau. Saat udah mau dan merasa nyaman, malah Allah jauhkan. Perpisahan yang membuat aku lebih dewasa bahwa semuanya tidak ada yang abadi kecuali Allah.(cerita kerja di sini nanti aku ceritakan di lain waktu ya)

Dari perjalanan bertambahnya usia itu, kita sebagai manusia pantasnya untuk bermuhasabah diri. Bahwa usia adalah hanya sekedar angka, sedangkan waktu akan terus berjalan dan Allah akan selalu menilai tentang apa yang kita lakukan dari waktu yang telah Allah beri. Tidak selamanya hidup di dunia itu bahagia, pun tidak selamanya dirundung kesedihan. Semuanya akan silih berganti dan itu akan memperlihatkan manusia seperti apakah kita ini. Yang terpenting adalah dalam kondisi apapun pastikan Allah itu tetap yang utama, Allah yang selalu di sebut di saat suka maupun duka, Allah yang selalu menjadi tujuan akhir kita ketika kita sibuk dengan urusan dunia, Allah yang sudah menentukan garis hidup kita, jadi tak perlu resah dengan apa yang nantinya akan terjadi. Yang terpenting adalah semua yang kita lakukan hanya untuk Sang Pencipta Allahu Rabbi...


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar

  © NOME DO SEU BLOG

Design by Emporium Digital