Blogger.

Novel "Will You Marry Me?" Episode Kala Cinta Menyapa, Kau Tak Tahu


Maika dan Ciella terlihat sedang memasak untuk sarapan pagi itu. Sejak mereka asyik mengolah makanan, keduanya tidak henti-hentinya membicarakan Naya sejak kejadian tadi malam. Mereka meyakini sikap Naya yang berubah itu dikarenakan Ayahnya yang kembali berbuat ulah. Sejak kabar masuknya Ayah Naya ker rumah sakit jiwa 4 tahun yang lalu, Maika dan Ciella tidak pernah mendengar kabar apa pun lagi. Selain itu, biasanya Naya dan keluarganya sudah tidak mengalami kejadian yang menyakitkan lagi. Cukup bagi kedua kawannya itu mengetahui kesedihan Naya di masa lalunya. Kini mereka selalu menginginkan Naya yang selalu tersenyum walaupun memang jarang terlihat.
Pembicaraan mereka terhenti ketika terlihat Naya sudah menuruni anak tangga. Tanpa sepatah katapun, Naya langsung duduk dan memakan makanan yang sudah di masak oleh kawannya itu. Begitu pun dengan Maika dan Ciella yang enggan memulai pembicaraan. Mereka hanya saling melirik satu sama lain sambil memperhatikan tingkah Naya.
“ Hari ini aku mau ke kantor.” Naya memulai pembicaraan dengan nada suaranya yang terdengar sedih walaupun ia ingin menutup-nutupinya.
“ kalau gitu pake mobil aku aja Nay, aku bisa numpang ke Ciella kok?” maika langsung menawarkan mobilnya.
“ Iya nay, atau pake mobil gue aja, nanti gue numpang ke mobil Maika.” Ciella mulai ikut-ikutan menawarkan dan memberikan kebaiaknnya.
“ Gak usah, nanti Mang Ujang ke sini kok nganterin mobil ku.” Naya menolak dan langsung pergi ke luar.
Melihat suasana hati Naya yang seperti itu, Maika dan Ciella hanya bisa menghelaikan nafas panjang dan menatap temannya itu dengan rasa prihatin.
Hari itu, Naya mulai mengendarai mobilnya sendiri. Dengan kecepatan yang lumayan tinggi, Naya menancapkan gas menuju kantor. Tatapannya mulai terlhat tidak fokus. Sejak kepergiannya tadi, ia terlihat selalu menahan air mata yang ingin mengalir. Namun berusaha untuk terus ditahannya karena ia merasa tidak perlu ada lagi kesedihan dalam hidupnya.
“ Tuttt…Tutt…”
Dering telepon mulai menyadarkan Naya. Lamunannya kala itu buyar dan tidak membuatnya celaka. Ia mulai kembali sadar dan harus sesegera mungkin sampai di kantor. Terbukti masuknya telpon dari sang editor yang sejak tadi enggan untuk di angkat. Ia memang tidak pernah terlambat untuk datang ke kantor, namun karena telpon dari adiknya semalam yang mengacak-acak pikirannya membuat ia harus datang terlambat. Bukan jadi masalah lagi jika ia harus di marahin mba Rita karena tidak propesional menjalankan kontrak kerjanya. Karena sekarang ini moodnya sedang tidak mendukung.
Naya mulai memasuki ruangan yang sudah dipenuhi banyak orang. Hari ini hari yang sagat special bagi kantornya. Karena akan banyak tamu dari berbagai penerbitan di Kota Jakarta dalam rangka membentuk kerjasama untuk menciptakan buku-buku terbaik dan berkualitas. Dan kebetulan Naya ditunjung sebagai perwakilan penulis dari penerbitannya. Beberapa menit setelah kehadirannya, acara tersebut langsung dimulai.
Namun sayangnya, karena keadaan Naya yang sedag tidak baik, ia tidak perduli dengan suasana di ruangan tersebut. ia terus saja bergelut dengan pikirannya. Ia bingung dengan apa yang harus di lakukannya. Apakah dia harus pulang ke rumah atau tidak. Matanya selalu memandang tak tentu. Sesekali Mba Rita berbisik padanya agar fokus pada kegiatan hari itu. Dari kejauhan, terlihat denga jelas seorang laki-laki yang tepat duduk di seberangnya memandang Naya. Sejak awal kedatangnnya sampai ia duduk dalam lamunanya itu, Rafa tidak pernah melepaskan panadangannya walaupun Naya tidak melihatnya. Rafa yang kala itu bersemangat menghadiri rapat karena bisa bertemu dengan wanita yang ia idam-idamkan itu berubah menjadi penuh Tanya. Karena kali ini ia melihat wanita itu bukan seperti wanita angkuh dan sombong tapi seperti wanita yang terpuruk dalam kesedihannya.
Waktu terus berjalan, hari itu sepertinya hari paling indah untuk Rafa. Karena sejak dirinya mengidolakan Naya sebagai seorang penulis, ia kini merasa benar-benar ingin lebih mengenalnya. Ia ingat sekali pertama kali membaca Novel karangannya sampai keseringan untuk novel barunya. Ceritanya yang membawa Rafa dalam kehidupan cinta yang mengharuskan membuat ia jatuh cinta. Di tambah lagi ketika pertama kali melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Walaupun pernah ada gossip tentang Naya yang sombong dan angkuh, Rafa tidak akan pernah percaya sampai dirinya benar-benar mengenal sosok wanita itu.
Gerak-gerik Rafa ternyata terlihat oleh Mba Rita tanpa sengaja. Entah kenapa, Naya selalu tidak peka jika ada seseorang yang memperhatikannya dari jauh. Sampai-sampai orang yang ada di sampingnya yang harus memberitahukannya.
“ Nay, liat tuh di sana? Ada yang liatin dari tadi?” Mba Rita tiba-tiba bicara
Mendengar itu, tatapan Naya langsung tertuju pada Rafa. Ia tak hentinya melihat Rafa dengan tajam. Entah mungkin Naya benar-benar melihatnya dengan jelas, atau Naya hanya terbuai dengan lamunannya. Namun tindakan Naya membuat rafa tersenyum dan tak ingin melepaskan tatapannya.
“ Aku mau pulang!” Naya terhenyak dari duduknya saat acara rapat sudah selesai.
“ Nay jangan dulu dong, temenin mba makan dulu yuk? Kan sayang mereka udah nyiapin makanan buat kita.” Mba Rita mencoba mencegah kepergian Naya.
Tak ingin mengecewakan mba Rita, Naya pun ikut mengantri dengan tamu undangan lainnya.
“ Mba Rita?” tiba-tiba terdengar seseorang memanggil dari belakang.
“ Hey, Citra apa kabar?” Mba Rita memeluk wanita itu.
“ Baik..Baik…Mba kenalin nih Pak Rafa? Anak pemilik perusahaan.” Ungkap Citra sedikit membisik
“ Oh..? Salam kenal.. “ Sapa Mba Rita sambil menjulurkan tangan
“ oh iya Pak. Kenalkan ini Naya, Karaissa Naraya Anantiar. Penulis di perusahaan kami.” Mba Rita mulai memperkenalkan Naya.
Tanpa ingin menjabat tangan dengan laki-laki itu, Naya hanya memperkenalkan dirinya dengan tersenyum. Senetara Rafa terlihat malu saat Naya menolak bersalaman dengannya dan langsung meninggalkan obrola mereka. Melihat tingkah Naya, Mba Rita pergi menyusul dengan meminta maaf terlebih dahulu pada Rafa.
Hari yang menyedihkan memang jika ia harus terus bergelut dengan pekerjaan dimana harus bertatap muka dengan tamu yang lain. ia harus menampakan senyum ramahnya di kala hatinya sedang gelisah. Saat terus berjalan lambat menunggu giliran, Naya sepertinya mulai sadar kalau ada seseorang di belakangnya yang sejak tadi memperhatikan dirinya dan mencoba untuk mendekatinya. Dengan lirikan yang perlahan, Naya mencoba melihat laki-laki itu dan dengan seketika sang pria memberikan balasan senyum indahnya. Kini Rafa mulai berani untuk mendekati sang penulis itu.
Aneka makanan enak mulai berjajar di hadapan Naya. Tapi kelezatan itu sama sekali tidak menggodanya. Untuk saat ini, ia sama sekali tidak berselera makan dan terus memperhatikan Mba Rita yang senang memilih-milih makanan sementara piring Naya masih terlihat bersih. Melihat Naya yang tak bersemangat, Rafa yang sejak tadi mengikutinya dari samping tiba-tiba memasukan Nasi ke piring Naya. Naya dengan seketika melihatnya dengan heran namun Rafa tetap tersenyum. Lalu mengambilkan rendang dan lagi-lagi naya hanya bisa melihatnya tanpa sepatah kata pun. Begitupun dengan makanan ketiga yang berisi capcay, kumpulan sayuran yang paling Naya suka. Namun saat Rafa akan memasukan ikan pada makanan selanjutnya, Naya menghentikannya dan mulai terlihat kesal. Terlihat wajahnya yang mulai terlihat marah dan matanya dengan lama menatap Rafa.
“ Aku gak suka ikan. Dan tolong, aku bisa ngambil makanan sendiri!” Naya marah dengan halusnya pada Rafa.
Tanpa mengucapkan terimakasih atas kebaikan Rafa yang memberikan makanan, Naya langsung pergi dan mencari tempat duduk yang membuatnya tenang. Namun rasa-rasanya tempat itu sudah dipenuhi semua tamu yang hadir. Naya mulai tak suka dengan kebisingan di tempat ini, rasanya kepala dia ingin segera meledak. Ia benar-benar sudah tidak selera untuk menyantapnya.
“ prinnngggggg…..” seluruh makanan yang dibawa Naya jatuh dan piringnya pecah berkeping-keping.
“ Maaf…maaf…aku gak sengaja.” Rafa langsung memelas pada Naya yang tanpa sengaja ia tabrak.
Entah apa yang Naya pikirkan saat itu. Ia benar-benar marah se marah-marahnya namun tetap menahan diri. Ia tidak ingin orang-orang melihatnya dengan pandangan yang buruk. Terlihat Rafa yang mulai merasa bersalah sudah membuat hari-harinya jadi kacau. Namun Naya pergi begitu saja tanpa memberikan maaf padanya.
Ia mulai mengambil langkah seribu dan tidak peduli dengan sekelilingnya. Sambil menuju mobil, mulutnya tak henti mengomel mengutarakan kekesalan. Tanpa sadar, air matanya mulai menetes meluapkan emosi yang ia rasakan hari itu.
“ Tuttt…Tuttt…” Dering handphone berbunyi saat dirinya akan melaju.
“ Nay, tolong beliin banyak makanan yak e supermarket, setelah itu bawa ke sekolahnya Vina. Kebetulan kita lagi di sini dan acaranya seru. Cepetan ya…” sms itu datang dari Maika.
Naya yang saat itu lelah dan kesal mencoba untuk meredamkan dirinya. Tanpa menunggu lama, ia berangkat menuju ke tempat tujuan. Walau ia sedang bad mood tapi demi sahabatnya itu, ia rela harus pergi ke sekolah jam 4 sore.
Setelah perjalanan panjangnya di perjalanan, Naya dengan segera masuk ke sekolah tempat Vina mengajar. Ia tak tahu kegiatan apa yang membuatnya harus ikut serta di waktu sore ini. Padahalnya, amarah yang sedang ia rasakan membutuhkan suasana yang tenang bukan suasana yang penuh cada tawa anak kecil.
Dari luar, terlihat Taman Kanak-kanan itu ramai dengan kehadiran para orang tua dan anak kecil yang lucu-lucu. Naya memang sangat mencintai anak-ana, tapi jika suasana hatinya sedang kacau tentu itu akan membuat anak-anak takut padanya. Dari ke jauhan terlihat Maika sedang bermain bersama anak yang lainnya di temani Adit sang kekasih. Sementara Vina sedang bercanda dengan Nana dan temannya.
“nih, aku udah beli banyak makanan.” Naya mulai menghampiri Vina.
“ Makasih ya Nay…” ucap Vina mengambil pesanannya dan langsung membagikan pada anak-anak yang lain.
“ Nona penulis sini deh, Nana sedang melukis.” Nana memperlihatkan lukisan gambarnya.
“ mana sini nona lihat?” Suasana hati Naya mulai sedikit tenang ketika Nana bersamanya.
“ Wah, bagus banget..Nana hebat..” Naya mulai memberikan pujian pada Nana.
“ Oh iya Nona, kenalkan ini teman Nana namanya Naufal, dipanggil Ofal.” Seorang anak laki-laki yang sejak tadi bersama Nana mulai diperkenalkan pada Naya.
“ Uhhh…sepertinya ofal pernah lihat nona, tapi dimana ya?” kata anak laki-laki itu sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“ Hallo.. Udah kita gambar lagi yuk?” Naya mulai membaur bersama Nana dan Naufal.
Terlihat Naya yang sudah tidak marah lagi. Dirinya mulai merasa nyaman dengan kedua anak itu. Mereka menghabiskan waktu dengan tertawa dan sesekali Naya bercanda dengan mereka. Melihat keceriaan Naya, Maika dan Ciella yang sejak semalam mengetahui suasana hati kawannya itu mulai mendekati mereka. Dan mulai bisa bercanda kembali dengan Naya. Di susul dengan Vina yang ikut nimbrung bersama mereka.
“ Daddyyyy…itu Deddyyy datang…..” tiba-tiba Naufal berteriak dan menghampiri laki-laki yang baru datang.
Naya yang sudah mulai merasa baikan, mulai berdiri dan akan menyapa laki-laki yang datang. Namun saat ia menatap wajahnya, tiba-tiba ia terhenti dan duduk kembali. Matanya terus memandang kebawah, dan wajahnya penuh Tanya.
“ Dady? Hah?! Daddy?” suara hatinya terus bertanya-tanya.
Ia ingat sekali wajah itu, wajah laki-laki yang sejak kedatangannya ke kantor selalu mengikutinya. Laki-laki yang memandangnya dan selalu memberikan senyuman menggoda. Laki-laki yang memberikan ia makan dan juga sekaligus membuat dirinya kesal. Laki-laki yang menggodanya dan sekarang ada yang memanggilnya Dady.
“ Dasar laki-laki! Udah punya istri masih aja genit!” gumamnya lagi dalam hati. 
Sementara Rafa duduk di depannya dan bersamalan dengan yang lain. seperti biasa, saat ia ingin bersalaman dengan Naya, wanita itu malah berpaling dan pura-pura tidak memperhatikannya. Ketiga temannya itu hanya tersenyum dan meminta maaf pada Rafa. Agar tidak terlihat canggung, Rafa mulai berbaur dengan kawan-kawan naya yang lainnya. Sambil fokus melihat gambar Nana dan Naufal, Naya sudah tidak perduli lagi dengan kehadiran laki-laki itu. Namun tatapan Rafa tidak pernah sedikit pun berpaling dari Naya. Melihat itu Vina, Ciella dan Maika hanya saling memandang dan tersenyum.
Sedang asyik bercanda dengan yang lainnya, mereka di kagetkan dengan kehadiran Dion yang tiba-tiba menarik tangan Nana dan membawany pergi dari tempat itu. Naya yang sejak tadi bercanda dengan Nana tiba-tiba terhentak dan memandang yang lainnya. Sementara Vina langsung mencegah kepergian mereka. Dari kejauhan Naya, Maika dan Ciella hanya saling menatap dan saling bertanya. Sementara Rafa yang juga merasa kaget hanya mengelus-elus rambut Naufal. Begitu pun dengan Adit yang sejak tadi membersihkan tempat di sekeliling itu mulai berhenti sejenak melihat adegan yang membuatnya kaget.
Tanpa berpikir apa-apa, mereka tidak berbuat sesuatu yang aneh. Karena yang mereka lihat hanya percakapan antara lelaki dan perempuan yang entah apa. Namun lama kelamaan itu menjadi sesuatu yang janggal bagi Naya. Ia melihat Nana yang menangis tanpa henti sementara ayah dan ibunya bertengkar dengan keras. Dengan segera Naya menjauhkan Nana dan membawanya pada kedua temannya yang lain.
“ Kalian tuh kalau bertengkar bisa gak sih jangan di depan anak kalian!” Naya tiba-tiba mendatangi mereka kembali dengan amarahnya.
“ Nay udah deh, ini tuh urusan rumah tangga aku. Jadi gak usah kamu ikut campur!” Vina malah balik memarahi Naya.
“ Gue bukan ngurusin urusan rumah tangga loe. Gue Cuma ngurusin kehidupan Nana. Karena orang tuaya sama sekali gak ngurusin dia.” Naya terus menjawab dengan amarah yang menggebu-gebu.
“ Maksudnya apa? Setiap hari gue anterin dia sekolah, setiap hari gue ajak dia main. Loe tau kan bapaknya aja yang gak pernah ada buat dia.” Lanjut Vina.
“ apa kamu bilang? Bukannya kamu yang melarang aku buat ketemu dia?! Setiap hari aku bela-belain jemput anak kita, tapi kamu yang melarang aku buat deket sama dia!” Dion mulai angkat bicara.
“ terus kamu mau bilang kalau aku sengaja ngejauhin kamu dari Nana, gitu?” Vina membalas.
“ Tuh kan, udah terbukti! Kalian tuh bisanya saling menyalahkan! Kalian memang gak pantas jadi orang tua! Kalian Cuma ngerusak masa depannya Nana!” Naya membentak Vina dan Dion, lalu ia pergi membawa tasnya yang tersimpan di meja dan keluar dari tempat itu.
Nana yang sejak tadi bersama Maika dan Ciella tidak henti-hentinya menangis. Sementara Rafa menutup kuping Naufal dan menyuruhnya untuk tetap menggambar.
“ Nay?” Adit mencoba menghentikan kepergian Naya.
“ Eh, aku titip Naufal ya? Jaga dia. Aku bakal susul Naya.” Rafa dengan cepat berlari dan menitipkan Naufal pada Adit. Ia tak ingin terjadi sesuatu dengan Naya.
Dengan kecepatan tinggi, Rafa menyusul Naya yang sudah hampir tak terlihat. Ia terus mencari setiap mobil yang ada di jalanan sampai menemukan wanita itu. Ditambah dengan jalanan yang macet dan cahaya mulai gelap, ternyata hampir membuatnya kesulitan. Dengan wajah yang mulai terlihat cemas, Rafa tak henti-hentinya membunyikan klakson berharap semua mobil yang mengantri bisa memberikan jalan untuknya. Matanya dengan resah terus melihat ke sana ke mari.
Sampai pada akhirnya Rafa melihat mobil Naya tepat berada di sampingnya saat lampu merah menyala. Ia melihat wanita itu sedang menundukan kepalanya di atas stir mobil. Dari penglihatannya, Naya sedang menangis tersedu-sedu mengeluarkan kesedihannya. Rafa tidak bisa berbuat apa-apa. Ia anya bisa melihat dan harus mengikutinya agar tidak terjadi sesuatu dengan Naya di jalanan. Tapi setelah lampu hijau mulai berganti, Naya langsung menancapkan gas kembali dengan kecepatan tinggi. Rafa yang melihat itu langsung berteriak dan berharap Naya bisa mendengar.
“ Nayaaa…..” Teriakan pertama Rafa tidak terdengar dengan jelas.
Naya tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dan Rafa terus mengikutinya berharap ia bisa menyusulnya.
“ Nayaaa….” Teriakan kedua Rafa saat mobilnya berada di samping mobil Naya namun masih tidak terdengar.
“ Nayaa….” Teriakan ketiganya mulai menggoyahkan penglihatannya dan dengan seketika Naya melihat Rafa yang akan menyelip mobilnya. Namun tiba-tiba….
“ aaaaaaaaaaa……….” Naya mulai banting stir
“ Dugggggg……..” Mobilnya menambar sebuah mobil yang sedang berhenti di depannya.
Rafa langsung menghentikan mobilnya. Ia terus saja memanggil-manggil Naya. Dengan cepat ia keluar dan melihat keadaan Naya. Sementara Naya sendiri tidak terluka begitu parah. Hanya kening yang berdarah dan terasa pusing. Sambil menangis tersedu-sedu ia keluar dari mobil lalu jongkok melihat depan mobilnya yang rusak parah. Di tambah lagi mobil yang ia tabrak juga mengalami kerusakan. Rafa yang datang datang dari samping langsung mendekati Naya yang sedang menangis terisak-isak.
“ Sudah jangan nangis, yang penting kamu gak papa.” Rafa mulai mengusap wajah Naya yang sudah di penuhi air mata. Naya yang masih shock hanya bisa menatap Rafa dengan ketakutannya lalu tak lama.
“ Bruggggg….” Naya pingsan tepat di bahu sang lelaki tersebut.
Sejak kecemasan Rafa dari mulai melihat kejadian yang membuatnya khawatir sampai tiba di rumah sakit, dirinya tak henti-hentinya berada di samping Naya sampai ia terbangun. Saat matanya terbuka, Naya sudah melihat Adlan berada di sampingnya yang sudah selesai memasang perban di kepalanya. Sementara Rafa dilihatnya berdiri di depan dirinya dengan wajah yang masih cemas.
“ Aw…..” kepala Naya mulai terasa sakit saat ia akan bangun dari tidurnya.
“ Udah tidur aja Nay…Kamu harus istirahat dulu.” Adlan menjelaskan
“ Ngapain dia disini?” Naya mulai bertanya pada Adlan akan keberadaan Rafa di sana.
“ Tadi dia yang bawa kamu ke sini Nay, dia cemas banget dan cepet-cepet cari dokter di sini.” Adlan meyakinkan Naya.
Sementara Rafa hanya tersenyum malu mendengar ucapan dokter itu.
“ oh ya? Kok aku gak inget sih?” Naya menyangkal.
“ Nayyyaaaa….” Terdengar Maika berteriak dari jauh dan menghampirinya.
“ Kamu gak papa kan?” Tanya Maika cemas
“ Udah, aku gak papa kok…” Naya mulai bangun dari baringannya.
“ Hey, apa yang terjadi?” Adit bertanya sambil berbisik pada Rafa.
“ Udah nanti ceritanya. Oh iya Ofal mana? Dia aman kan?” Rafa balik Tanya.
“ Tenang, tadi aku panggil kak Helen kok…”
Sedang asyik bercakap sambil berbisik, Naya dan Maika hanya memandang aneh mereka berdua. Naya terlihat kesal pada laki-laki itu yang mencurigakan sementara Maika tak mengerti kenapa Rafa ada di sini.
“ Papah?! Bukannnya kamu dinas di bandung? Kata kamu lima hari, tapi?!” Ciella yang sejak tadi tak berbicara tiba-tiba marah karena melihat suaminya ada di rumah sakit itu.
“ Mah..mamah…” Adlan menyusul Ciella yang marah karena tidak memberinya kabar.
“ bukan begitu mah, tadi papah pulang dari bandung dan langsung ke rumah sakit. Papah belum sempet kabarin mamah soalnya masih banyak pasien.” Adlan melanjutkan saat Ciella mulai berhenti berjalan.
“ saking banyaknya, kamu sampai gak sempat ngabarin? Hah?! Gak mungkin! Udah lah aku capek.” Ciella mulai adu mulut.
Dari kejauhan, Naya mulai merasa bersalah karena dirinya, Ciella dan suaminya bertengkar. Sementara Maika hanya bisa memegang tangan Naya yang masih berbaring dan menundukan kepala. Sementara di ruangan itu, para perawat dan pasien yang lainnya tidak henti-hentinya melihat mereka yang bertengkar. Begitupun Rafa dan Adit yang terus memperhatikan pertengkaran itu.
Malam semakin larut, dan Naya sudah di ijinkan untuk pulang. Kala itu, mereka pergi dengan menggunakan mobil Adit, sementara Rafa menyusulnya dari belakang. Taka da percakapan yang berarti, hanya terlihat Ciella yang sudah menahan air matanya sejak tadi masuk ke dalam mobil. Sampainya di depan gerbang rumah, Naya turun dengan gandengan Maika sedangkan Ciella sudah sejak tadi memasuki rumah. di lain sisi, Rafa hanya melihat Naya di balik kaca spionnya.
“ Selamat malam, Naya” Rafa berbisik lirih mengucapkan dengan lembut pada Naya meskipun wanita itu tidak mendengarnya. Ia berharap angina malam kala itu dapat menyampaikan suara hatinya.  


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar

  © NOME DO SEU BLOG

Design by Emporium Digital