JODOH PASTI BERTEMU
“Jodoh itu di tangan
Tuhan”, kata-kata itu yang menjadi pegangan dalam hidupku sampai saat ini. Tak
terbesit di pikiranku untuk mencarinya karena keyakinanku bahwa Tuhan akan
mendatangkannya tepat pada waktunya walaupun entah kapan. Pernah terpikir dalam
benakku bahwa aku iri pada mereka yang telah memiliki kekasih, tapi aku tetap
yakin kalau Tuhan telah mempersiapkannya untukku, mungkin saja calon itu saat
ini sedang berkelana mencariku atau bahkan ia sedang mempersiapkan diri untuk
melamarku.
Pemikiran itu tejadi
setahun yang lalu saat pertama kali aku duduk di kampus ku ini karena saat ini
aku telah menemukannya. Namaku Kayla Aurora Putri, seorang mahasiswi di salah
satu Universitas Negeri di kota Bandung. Aku tidak terlalu cantik, tidak
terlalu tinggi, pokoknya jauh dari katagori wanita ideal. Tapi kata orang aku
pintar, murah hati, tidak sombong dan rajin menabung.hehehehe. Setiap hari aku
memakai jilbab dan baju longdress kesukaanku, yang kata orang juga aku itu
anggun dan cewek banget. Sekilas tentang hobiku kalau aku sangat menyukai dunia
tulis menulis dan sekarang pun menjadi seorang penulis disalah satu perusahaan
di kota Bandung . Dan aku perkenalkan seseorang yang sudah membuat hidupku
jungkir balik, seorang laki-laki yang kata orang itu ganteng, kaya, baik,
pinter, yang disebut cowok perfectionis bangeeeet.
“ Boleh aku duduk disini?” Kata seorang
laki-laki yang tiba-tiba menghampiriku.
“ Boleh…” Jawabku
“ Ya ampun bukannya
kursi dibelakang masih kosong ya? kenapa harus duduk disini, kalau aku melarang
entar disangkanya aku jutek lagi.” Gumamku dalam hati.
Saat itu perjalananku
ke Kota Bandung setelah menikmati libur panjang di kampung halamanku yaitu
Tasikmalaya.
Aku sama sekali tidak
memperdulikan laki-laki yang duduk disampingku itu. Mataku hanya fokus pada
buku yang aku baca, maklum dimana pun aku berpijak pasti aku baca buku, selain
hobiku menulis juga membaca adalah kesukaanku.
“ ‘Sejarah Nabi
Muhammad’, kamu suka baca buku tentang agama ya?” Kata laki-laki itu memulai
pembicaraan.
“ Oh iya, kebetulan aku
hobi baca-baca buku yang seperti ini kak.” Jawab ku.
“ Kebetulan aku juga
suka baca, tapi kalau soal agama emang kurang tahu sih. Boleh gak aku minta no.HP
kamu biar aku bisa belajar agama sama kamu?”
“Hmmm….” Aku tidak bisa
menjawab apa yang ia lontarkan itu, pirasatku mengatakan kalau laki-laki ini
pasti ada maunya.
“ Oke kalau gak mau,
gimana kalau facebook aja? aku minta facebook kamu,gak papa kan? ayolah kita
sharing soal agama, kan ilmu itu akan lebih bermanfaat kalau kita bisa
membagikannya buat orang lain. Benar kan?”
Mendengar apa yang ia
ucapkan, aku sungguh tidak bisa menolaknya. Alhasil aku pun memberikan nama
facebook ku. Kalau untuk berbagi ilmu kan tidak masalah.
“ Terimakasih ya, oh
iya namaku Fauzan, Fauzan Rahman Kamil. Saat ini aku sudah semester delapan
ngambil jurusan Kedokteran di Universitas Padjajaran.
Aku mengerutkan dahiku
mendengar ucapannya itu, Kedokteran itu merupakan jurusan yang didamba-dambakan
oleh orang-orang pintar dan berduit, jadi laki-laki ini entah benar-benar orang
pintar atau hanya berduit aja. Tapi apapun itu aku gak peduli.
“ Aku Kayla Aurora
Putri.” Jawabku singkat.
“ Kak maaf aku sebentar
lagi turun disini.” Lanjutku sambil bersiap-siap membereskan barang-barang yang
aku bawa.
“ Oh kamu turun disini
ya, ya udah aku juga mau turun disini ko, sekalian bantuin bawa barang-barang
kamu itu. Soalnya aku mau dijemput temenku disini.”
Bus pun berhenti, aku
turun dengan barang-barang bawaanku yang dibantu Ka Fauzan. Tiba-tiba
Handphonenya berbunyi dan ia berbicara dengan seseorang yang ada dibalik
telepon itu, mungkin temannya.
“ Terimakasih Ka.” Kata
ku setelah ia mengakhiri pembicaraan di Handphonenya itu.
“ Oh iya gimana kalau
aku anterin sampai tempat kamu, soalnya barang-barang kamu kan banyak nih,
nanti bisa keberatan dan temenku juga bisa jemput aku nanti jam dua. Sekalian
mau numpang gitu maksudnya.” Katanya memelas.
“ Oh gitu ya
ka.Hmmm…Boleh sih tapi kosanku melarang ada laki-laki jadi Kakak bisanya cuma
diluar aja.”
“ Oke gak masalah..”
Diluar gerbang itu, aku
hanya menemaninya dengan obrolan-obrolan kecil setelah dia menaruh semua
barang-barang ku yang ia bawa. Baru kali ini aku berbicara dengan laki-laki
apalagi laki-laki yang baru aku temua satu atau dua jam yang lalu. Terasa kaku
bibirku bercakap dengannya, namun ia terlihat terbuka denganku. Sesekali ia
membuatku tertawa dengan guyonannya itu. Pikirku bertanya-tanya siapa laki-laki
yang ada di hadapan aku ini. Ia begitu ramah padaku dan akupun merasa nyaman
jika berbicara dengannya meskipun terkadang keluar kata-kata intelek yang
membuatku bodoh di hadapannya.
Langit biru sudah mulai
pergi berganti dengan cahaya yang keorange-orangean pertanda waktu sudah sore.
Laki-laki itu berpamitan pulang karena temannya sudah datang menjemput. Ia mengucapkan
kata perpisahan padaku. Mendengar ucapannya itu aku sedikit kehilangan tapi aku
tahu kalau dia bukan siapa-siapa, dia hanya seseorang yang menumpang berjalan
dalam kehidupanku.
Aku membereskan semua
barang yang aku bawa, menata kembali kosanku yang sudah lama aku tinggalkan.
Entah mengapa selalu saja terbesit kejadian saat di bus itu. Tentang siapa dia?
Badanku sudah mulai
lemas dan lelah, terlihat juga waktu sudah menunjukan pukul 9 malam. Aku
merebahkan badanku di kasur kecilku ini dengan sprey doraemon berwarna biru
ditemani boneka-boneka lucu yang aku kasih nama Mini, Momo, Mimi. Tapi meskipun
lelah aku sempatkan untuk membuka facebook.
“ 1 massage…”
Aku lihat pesan dari
seseorang bernama Fauzan Rahman Kamil. Mungkinkah dia laki-laki yang aku temui
tadi yang membuatku selalu bertanya-tanya tentangnya.
“
Assalamualaikum…Keyla? senang bisa bertemu dengan wanita sepertimu…”
Ternyata memang benar
itu adalah seorang laki-laki yang aku temui tadi. Seketika aku bingung
bagaimana aku membalasnya. Padahal itu hanya sebuah sapaan biasa yang bisa
dijawab dengan ‘Wa’alaikumsalam, iya terimakasih. Aku juga senang bertemu
dengan Kakak’. Tapi bagiku tidak hanya sesingkat itu. Sebelum aku sempat
membalasnya tiba-tiba ia mengirim pesan lagi.
“
Assalamu’alaikum…belum tidur?”
“ Belum ka, baru
selesai beres-beres..”
“ Oh gitu, jangan tidur
terlalu malam ya? nanti sakit lagi…”
Percakapan itu berjalan
sampai larut malam. Kami berbagi pengetahuan, apalagi soal agama yang merupakan
komitmen awal kita berkenalan. Sesekali aku bertanya tentang hal-hal yang
berkaitan dengan kedokteran. Selalu saja membuatku kagum padanya, dia itu
laki-laki cerdas, hebat, luar biasa dan Hmmm..memang ganteng. Heheh…..
Hampir setiap hari ia
mengirim massege dan menulis kata-kata romantis di kronologiku. Awalnya memang
sering aku balas dan ia pun sudah membuatku nyaman tapi lama kelamaan aku
menjadi illfeel padanya. Kata-kata yang ia posting membuatku jengkel. Romantis
memang sangat romantis tapi aku tak suka sama laki-laki yang baru aku temui dan
sudah berkata hal-hal seperti itu yang menurut aku itu tak layak dikatakan.
“ Assalamualaikum..Key
apa kabar? Apakah boleh aku main ke kosan kamu lagi”
Kata-kata itu muncul di
salah satu pesanku. Namun tidak aku balas sama sekali. Sampai beberapa hari ia
selalu mengirim kata-kata itu dan aku tetap mengacuhkannya. Tidak pernah aku
sangka, ia tiba-tiba datang ke kosan tanpa sepengetahuanku yang kebetulan aku
baru pulang dari kampus. Kali ini aku melihatnya tidak sendirian. Ia bersama
seorang wanita paruh baya namun masih terlihat cantik dengan kerudung merah
yang ia kenakan dan seorang anak laki-laki yang berumur sekitar 10 tahunan.
Mungkin itu Ibunya dan Adiknya.
Seluruh badanku membeku
ketika wanita itu dan seorang anak laki-laki duduk di depanku sambil meminum
air suguhan dariku. Sementara Fauzan hanya duduk terdiam sambil melihatku.
“ Ayo kita
berangkat..?” Kata itu keluar dari mulut wanita paruh baya itu sambil memegang
lembut tanganku dan membawaku ke sebuah mobil BMW berwarna putih.
Wanita itu duduk
disebelahku sementara Fauzan menyetir mobil dan anak laki-laki itu duduk
disebelahnya. Aku tak bisa berbuat apa-apa, hanya terbesit dalam benakku
tentang kemana aku akan dibawa, mungkinkah mereka ini penculik yang akan
meminta tebusan miliaran rupiah atau aku akan dijadikan Tenaga Kerja Wanita ke
luar negeri atau bahkan aku akan di jual, pikiran itu terus saja memenuhi
kepalaku. Namun tiba-tiba wanita itu memegangku begitu erat, ia menanyakan
tentang asal usulku dan beberapa pertanyaan aneh yang membuatku bingung untuk
menjawabnya.
Mobil itu akhirnya
berhenti di sebuah bangunan besar, megah namun bukan sebuah rumah tapi seperti
yayasan. Terbentang tulisan memanjang di pinggir rumah itu “ Yayasan Kasih
Ibu”. Saat kami turun, kami disambut orang-orang berjubah putih seperti
dokter-dokter muda. Fauzan langsung berjalan cepat masuk ke dalam rumah itu dan
terlihat salah satu temannya memberikan jubah putih padanya. Aku melihatnya
seperti seorang dokter yang sudah propesional yang akan menangani pasiennya.
Sementara tanganku masih digandeng wanita itu.
Aku melihat Fauzan
dikerumunin anak-anak kecil, ia begitu akrab dengan mereka. Pemandangan yang
tak biasa, aku melihat seorang anak yang duduk di korsi roda, seorang anak
dengan mata ditutup perban, seorang anak yang berjalan dengan tongkat dan masih
banyak keanehan pada anak-anak yang aku lihat disana.
“ Yayasan ini
peninggalan Ayahnya setelah Ayahnya meninggal dua tahun yang lalu, sekarang
Fauzan menjadi pengurus semuanya. Anak-anak penderita kanker itu sedikit demi
sedikit bisa mengalami kesembuhan saat mereka mengenal Ozan. Dari kecil Ozan
sering dibawa kesini sampai sebesar sekarang. Dan dia merasa nyaman dengan
keadaan disini. Dia bisa membuat anak-anak bahagia dan lupa dengan
penyakit-penyakitnya itu, dia begitu pekerja keras. Dulu pernah ada salah satu
anak di yayasan ini yang meninggal, ia sampai terus-terusan merasa bersalah
karena tak mampu untuk menyembuhkannya sampai dia bisa move on lagi setelah
satu bulan menutup diri.” Kata wanita itu memulai pembicaraan.
“ Dan kemarin Ozan
menceritakan tentang kamu pada mama. Katanya Ozan sudah menemukan seseorang
yang selama ini ia cari. Banyak yang bilang Ozan itu sempurna, tapi kalau
masalah cinta dia nol besar. Dia sering dimanfaatkan pacarnya, dari mulai
diporotin, diselingkuhin, cuma sayang sama Ozan tapi gak sayang sama mama dan
adiknya. Pokoknya dia sampai prustasi ngalamin hal itu, pernah juga sampai
nangis. Tapi sekarang Ozan sudah menemukan kamu, katanya kamu begitu berbeda.
Mama juga sudah mulai suka sama kamu walau mama belum mengetahui kamu seutuhnya.”
Lanjutnya.
“ Ya ampun mamanya
sampai tau banget sedetail itu? Mana gaul banget lagi.hehheh...” Gumamku dalam
hati.
Semenjak itulah aku
mulai mengenalnya, mamanya, adiknya, sampai segalanya tentang dia. Awalnya aku
risih dengan mereka yang baru aku kenal, tapi mereka begitu terbuka padaku.
Hampir setiap hari aku di ajak ke yayasan mereka dan yang tidak habis pikir ternyata
yayasannya tidak hanya satu bahkan sampai ke daerah pelosok pun itu ada.
Sampai-sampai aku bisa memakai jubah putih itu, seperti dokter-dokter muda. Ketika
tiba saatnya dia mengatakan cinta padaku. Awalnya memang aku merasa tak sepadan
dengannya, namun dia selalu membuyarkan semua pemikiran itu. Dia begitu baik,
sangat baik sekali. Yang pada akhirnnya aku menerimanya.
Setiap malam dia selalu
mengucapkan selamat tidur di kronologiku sampai semuanya penuh dengan
kata-katanya, maklum aku gak sempat memberikan no.HP padanya. Dia selalu
membangunkanku, memberikan kata-kata indah, memberikan motivasi, semangat dan
selalu membuatku tersenyum, semuanya hanya lewat facebook. Begitu pun dengan
mama dan adiknya, kita benar-benar begitu dekat. Aku merasakan keluarga baru
yang membuatku begitu nyaman.
Dia mengenalkanku
tentang kehidupan yang baru, kehidupan yang berbeda yang tak pernah aku rasakan
sebelumnya. Tentang sebuah kebahagiaan dalam berbagi. Tentang mereka, anak-anak
kecil yang mempunyai beban berat tapi tetap ceria menjalankan kehidupannya. Aku
di ajak ke sebuah rumah sakit untuk melihat proses operasi penderita kanker.
Semangat juang merekalah yang membuatku untuk tetap bersama mereka dan bersama
berjuang melawan sakit. Itulah kesibukan aku dan dia selama berhari-hari.
Suatu hari ketika
disebuah yayasan, badanku lemas, terasa dingin dan kepalaku pusing. Aku
terjatuh tepat di kerumunan anak-anak. Fauzan langsung membawaku ke ruang
klinik yang ada di yayasan itu. Saat aku terbangun, aku merasakan pegangan erat
tangannya. Ia sejak tadi menemaniku sampai aku tersadar. Dia tidak berkata
apa-apa hanya tersenyum kecil seperti menyembunyikan sesuatu. Setelah itu mama
datang dan membawakan aku makan. Sementara Fauzan langsung pergi keluar.
Setelah kejadian itu, Fauzan
tiba-tiba berkata aneh. Ia menyuruhku untuk keluar dari pekerjaanku yaitu
menulis. Meskipun pekerjaanku tidak menuntutku untuk pergi ke kantor karena aku
bekerja secara freelance namun tetap saja ia menginginkanku berhenti. Ia juga
melarangku untuk berkunjung ke yayasan setiap hari, ia hanya membolehkan aku
berkunjung dua minggu sekali. Aku juga di larang untuk berorganisasi dan
kegiatan yang lainnya. Katanya aku hanya boleh diam di kosan dan beristirahat
cukup. Itulah yang membuat hubungan ini berantakan. Aku yang tak suka dikekang
mulai marah padanya. Menulis itu sudah aku tekuni sebelum aku mengenalnya, suka
duka dalam menulis pernah aku rasakan, apakah mungkin aku harus melepas semua
itu ketika aku mendapatkan kebahagiaan yang lain. Begitu pun dengan kegiatan
yang lainnya, apakah aku harus melepaskan semua itu. Dia tak pernah memberikan
jawaban padaku. Setiap hari dia datang membawa makanan dan obat-obatan untukku.
Dia tak berkata apa-apa, hanya menyuruhku menghabiskannya dan beristirahat
total.
Semakin hari komunikasi
kami semakin berkurang apalagi kami selalu tidak sempat untuk bertukar no.HP.
Ia hanya menulis ‘istirahat yang cukup ya’ di kronologiku berkali-kali. Atau
nggak ‘Jangan banyak kegiatan ya? jangan tidur terlalu malam’. Dia hanya
menyempatkan waktu untuk menulis di kronologiku tanpa bertemu denganku. Begitu
pun mama dan adiknya, aku semakin jauh.
“ 1 massage”
Aku kaget membaca satu
pesan di facebook ku itu. Aku pikir itu dari Fauzan, tapi ternyata bukan.
“ Oh jadi ini pacarnya
Ozan!!Ih gak banget deh, harusnya loe ngaca dong wooyyy!!”
Tertulis nama Maura
Lara Permana. Aku langsung membuka profilnya. Pirasatku mengatakan kalau wanita
ini mungkin mantan pacarnya. Sejak saat itu, wanita itu tidak henti-hentinya
mengirim pesan-pesan penghinaan padaku, sampai menulis di kronologiku yang
penuh kata-kata cacian darinya. Namun tak pernah aku membalasnya satu pun. Akun
Facebook Fauzan pun jarang terlihat aktif, ia seperti menghilang beberapa hari
ini. Hanya ada foto-foto yang ia uploade bersama teman-temannya memakai jubah
putih seperti sedang melakukan praktek atau tugas perjalanan. Terlihat juga
foto-foto bersama wanita itu. Aku cemburu sangat cemburu. Ia yang tiba-tiba
menyuruhku berhenti bekerja dan menjauh dari semua aktivitas dan sekarang
beredar foto-fotonya bersama mantan pacarnya itu. Hingga pada akhirnya aku
melupakan semua kejadian pahit itu, memang sulit tapi aku mencoba move on
sampai sebulan lamanya dan kembali pada aktivitas aku sebelum aku mengenal
dirinya.
Kembali sendiri, ya
begitulah. Aku mulai tersadar bahwa mereka yang hadir sebatas masa lalu ku.
Saat ini aku disibukan dengan menulis seperti dulu untuk melupakan segalanya
walaupun bayangan-bayangan masa lalu selalu saja hadir secara tiba-tiba.
Terkadang aku juga merasakan kerinduan yang dalam pada mereka, karena bagiku
mereka sudah sebagian hidupanku. Sudah dua bulan ini tidak ada kabar dari
mereka. Fauzan, Mamah dan adiknya juga teman-teman Fauzan di yayasan, Anak-anak
kecil yang lucu-lucu, aku sudah tidak pernah bertemu lagi. Kerinduan itu lah
yang membuatku untuk membuat sebuah novel tentang perjalanan cintaku. Butuh
waktu dua bulan aku menyelesaikannya dengan penghayatan yang paling dalam
tentang isi hatiku yang sebenarnya terhadap dirinya. Akhirnya novel itu pun
beredar di pasaran dan menjadi bestseller.
Suatu hari aku melihat
seorang wanita yang tinggi besar berada di depan gerbang kosanku. Ia melihatku
dengan senyum lembut dibibirnya. Ia langsung memelukku begitu erat. Kemudian
membawaku ke suatu tempat yang berada di jalan Gatot Subroto yaitu Yayasan yang
pernah aku datangi dulu. Mama langsung manggandengku dan membawaku masuk ke
tempat yang sudah penuh dengan kerumunan orang. Aku melihat anak-anak itu
tersenyum gembira bersama orang tua mereka, ada juga orang-orang berjubah putih
sedang berbincang dan tertawa lepas. Dan untuk yang pertama kalinya lagi aku
melihat dokter-dokter muda yang gagah, cantik, hebat dan luar biasa berkumpul
di tempat itu setelah pertemuan terakhir bersama mereka setahun yang lalu. Dari
kejauhan akhirnya aku melihat sosok laki-laki yang sejak tadi aku cari yaitu
Fauzan. Dia sedang berpidato di depan orang-orang yang hebat. Dari belakang aku
melihat spanduk bertuliskan “Apresiasi Dokter Muda Indonesia dalam Penyembuhan
Anak-anak Penderita Kanker”. Aku menatap dia begitu tajam. Tidak ada yang
berbeda selama setahun ini. Dia tetap bersih, tingginya pun tetap seperti itu,
dan dia masih menggunakan jam tangan itu, jam tangan pemberian dariku setelah beberapa
hari jadian. Saat disana rasa rinduku semakin memuncak apalagi ketika dia
berbalik menatapku dan tersenyum.
“ Terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah mensukseskan acara ini selama beberapa bulan kebelakang.
Terutama untuk Mama dan Adikku yang selalu memberiku semangat dan untuk Ayah
yang telah mendidikku dari kecil hingga aku bisa menjadi seperti ini. Juga
untuk Dokter-dokter Muda Indonesia yang telah memberikan kontribusi dalam
penyembuhan anak-anak penderita kanker di seluruh Indonesia”.
Aku begitu jelas
mendengar ucapannya itu. Tak ada namaku yang ia sebutkan. Kecewa sangat kecewa,
tapi memang benar aku selama ini tidak mernah memberikan apapun untuk hidupnya.
Aku hanya memberi kekecewaan padanya. Aku baru tahu ternyata dia pergi selama
beberapa bulan itu bukan untuk menjauhiku tapi dia pergi keliling Indonesia
untuk memberikan penyembuhan buat anak-anak yang sangat membutuhkannya.
“ Dan satu lagi, aku
berterimakasih pada seseorang yang spesial, yang selalu menjadi inspirasi dalam
hidupku. Seseorang yang membuatku mengerti tentang kehidupan ini, tentang cinta
dan kasih sayang dan tentang perjuangan untuk mewujudkan mimpi. Aku pikir aku
sudah mengenalnya begitu dalam tapi ternyata tidak, aku bahkan lebih
mengenalnya dari sebuah novel yang ia tulis tentang perjalanan cintanya dan
ungkapan hatinya. Ia adalah Kayla Aurora Putri pengarang dari novel ‘Journey Of
Love, sebuah perjalanan cinta seorang penulis dan dokter Muda’.
Semua orang bertepuk
tangan mendengar kata-kata Fauzan, sementara aku hanya diam tak berkutik. Aku
tak menyangka kalau dia membaca novelku. Fauzan menyuruhku untuk kedepan,
begitu pun mama ia mendorongku untuk menghampirinya. Aku pun berjalan dengan
tenang meskipun kakiku sedikit bergetar. Ditambah lagi dengan tatapan
orang-orang yang ada disana melihatku dari atas sampai bawah yang membuat
jantungku hampir copot.
“ Maaf aku pergi begitu
saja tanpa memberi kabar, maaf aku tidak bisa seperti kekasih lain yang selalu
ada untuk wanita yang dicintainya, maaf aku menyuruhmu untuk berhenti menjadi
penulis tanpa alasan yang jelas, maaf selama ini aku membuatmu menunggu,
maaf….” Seribu kali aku mendengar kata-kata maaf dari bibirnya saat dia
memegang erat kedua tanganku sampai membuatku merasa bersalah.
Tanpa sempat aku
membalas ucapannya, tiba-tiba kepalaku terasa pusing dan berat, badanku lemas,
perutku mual dan tanpa aku sadari aku memuntahkan cairan berwarna merah. Aku
sudah tidak bisa menahan badanku ini sampai aku terjatuh dan semuanya gelap.
Tak ada yang aku ingat,
hanya pelukan hangat dari seorang laki-laki yang terus memanggil-manggil
namaku. Sampai mataku terbuka kembali saat aku sudah terbaring tak berdaya di
sebuah ruangan dengan selang infus yang sudah menempel di tubuhku. Dan aku
melihat dirinya memegang lembut tanganku, aku melihat wajah itu, wajah
laki-laki yang berada disampingku dengan tetesan air matanya.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
0 komentar:
Posting Komentar